News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peneliti LIPI Beberkan Rekayasa Orde Baru Adu Domba Bung Karno dan Bung Hatta

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ir Soekarno dan Mohammad Hatta. Kisah Persahabatan Sejati Soekarno-Hatta: Beda Pandangan Politik, Tapi Saling Sayang di saat Susah.

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam, memaparkan fakta tentang kepemimpinan Dwitunggal masa awal Republik Indonesia berdiri yakni Soekarno-Hatta.

Menurut Asvi, Bung Karno dan Bung Hatta selalu bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga keduanya memimpin bangsa ini bersama.

"Tidak ada proklamasi kemerdekaan tanpa Bung Karno. Tidak ada proklamasi kemerdekaan tanpa Bung Hatta. Tidak ada proklamasi kemerdekaan tanpa Bung Karno dan Bung Hatta," kata Asvi.

Hal itu disampaikannya pada peringatan HUT Ke-199 Proklamator RI Mohammad Hatta yang digelar oleh Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDI Perjuangan secara virtual melalui akun @bknp pdiperjuangan di YouTube, Kamis (12/8/2021).

Acara itu dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Sekjen Hasto Kristiyanto, dan putri Bung Hatta Meutia Farida Hatta. Hadir juga di acara itu sejumlah Ketua DPP PDIP diantaranya Ahmad Basarah dan Tri Rismaharini, serta jajaran BKNP yang dipimpin ketuanya Aria Bima. Anggota DPR dari Fraksi PDIP Rano Karno dan Paryono, turut hadir di acara itu, bersama ratusan kader partai dari seluruh Indonesia.

Baca juga: Cerita Megawati tentang Kedekatan Bung Karno dengan Bung Hatta

Pria yang akrab disapa Prof Asvi ini menyampaikan, kedekatan mereka berdua ternyata mengusik banyak pihak. Hingga keduanya tidak lagi berkuasa, ada saja anasir-anasir terkait rekayasa sejarah.

Namun, berbagai kisah lewat isu dan buku disebarkan yang mengatakan Bung Karno melecehkan Bung Hatta dan juga pendiri bangsa lainnya Sutan Sjahrir.

Beberapa siswa yang menjadi pengunjung Museum Mart 2015 melihat lukisan proklamator koleksi Museum Basoeki Abdullah Jakarta. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

"Saya bertanya di mana, di mana sumbernya, apa dokumennya? Dan dikatakan bahwa itu ditulis di dalam buku Bung Karno (berjudul) Penyambung Lidah Rakyat yang diterbitkan oleh Gunung Agung pada masa Orde Baru," kata Asvi.

Lantas untuk mencari tahu kebenaran, Asvi pun menanyakan ke Syamsul Hadi, dari Yayasan Bung Karno. Syamsul adalah orang yang berperan memperbaiki atau revisi dari terjemahan buku Karya Cindy Adams, penulis berkebangsaan Amerika Serikat, mengenai Bung Karno

Dan ternyata, rekayasa itu ada dalam dua alinea 'tambahan' atau rekayasa ala Orde Baru, yang ditemukan secara gamblang Asvi.. Salah satu teks atau alinea itu dituliskan Bung Karno seolah tidak membutuhkan Hatta dan Sjahrir yang dikatakan menolak memperlihatkan diri di saat pembacaan Proklamasi

"Kemudian Syamsul Hadi itu memeriksa buku aslinya yang berbahasa Inggris dan ternyata tidak ada dua alinea yang sangat melecehkan itu, sama sekali tidak ada dalam bahasa Inggrisnya. Jadi kalau begitu, ada orang yang menambahkan dua alinea itu dan itu dibaca sepanjang Orde Baru," tegas Asvi yang juga dikenal sebagai seorang Sejarawan.

Soal Pancasila, Asvi mengatakan, sejarah membuktikan, Bung Karno adalah penggali Pancasila. Bersamaan dengan itu, Asvi bilang, juga Bung Hatta lah pengawal dan penyelamat Pancasila.

"Bung Hatta lah yang pada tanggal 18 Agustus 1945 membicarakan dengan beberapa tokoh Islam tentang penghapusan 7 kata (Piagam Jakarta) dan mencantumkan 'Ketuhanan Yang Maha Esa," ungkap Asvi.

"Kalau tidak ada Hatta, 7 kata itu akan tetap sampai sekarang."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini