News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Migrasi Siaran TV Digital: Teknologi Canggih Didapat, Integrasi Nasional Diperkuat

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Migrasi siaran televisi analog ke tv digital.

TRIBUNNEWS.COM - Migrasi siaran televisi (TV) analog ke siaran TV digital atau Analog Switch Off (ASO) di Indonesia direncanakan dimulai secara bertahap tahun ini.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menargetkan migrasi siaran TV digital akan selesai paling lambat pada 2 November 2022.

Masyarakat disebut bakal mendapat sejumlah manfaat dengan migrasi siaran TV digital.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nuning Rodiyah, menyebut siaran TV digital akan menghadirkan gambar dan suara yang lebih jernih.

Tak cuma itu, masyarakat juga akan disuguhi teknologi yang canggih.

“Kecanggihan teknologi itu contohnya, dalam siaran TV analog kita tidak tahu program apa yang sedang tayang. Kalau TV digital kita tahu nama programnya,” ungkap Nuning saat dihubungi Tribunnews.com, beberapa waktu lalu.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Nuning Rodiyah (Tribunnews/Istimewa)

Baca juga: Era Tayangan Beragam, Siaran TV Digital Memenuhinya

Selain itu, lanjut Nuning, bentuk kecanggihan siaran TV digital lainnya ialah akan memberikan sinopsis program yang sedang tayang.

“Nah, selain itu, kita bisa melihat program siaran tujuh hari ke depan, apa saja yang akan tayang,” ujar Nuning.

“Itu kenyamanan-kenyaman yang akan didapat penonton TV digital,” imbuhnya.

Meski menggunakan teknologi digital, siaran TV digital tidak menggunakan internet atau streaming.

Sehingga siaran digital dapat dinikmati secara gratis.

Baca juga: Migrasi ke TV Digital: Hadirkan Siaran Berkualitas yang Gratis untuk Publik

Integrasi Nasional

Tak cuma soal kenyamanan yang akan didapat penonton, Nuning juga menyebut TV digital dapat menjaga integrasi nasional Indonesia.

Khususnya, bagi masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) yang berbatasan dengan negara sahabat.

Diketahui, mayoritas masyarakat saat ini masih memakai TV analog yang identik dengan penggunaan frekuensi radio 700 Megahertz (MHz).

Dikutip dari kominfo.go.id, siaran analog ditangkap oleh TV analog dengan menggunakan medium antena.

Semakin tinggi antena maka semakin baik kualitas tayangan, begitu pun sebaliknya.

Sehingga pengguna TV analog di wilayah perbukitan sulit mendapat gambar yang bagus.

Baca juga: Jadwal Terbaru Migrasi TV Analog ke TV Digital, Kemkominfo Menunda Proses Analog Switch Off (ASO)

Masyarakat di wilayah perbatasan juga kerap kali sulit mendapatkan siaran televisi yang berkualitas.

Hal ini dikarenakan dapat dipastikan sinyal frekuensi TV dari Indonesia beririsan dengan sinyal frekuensi dari negara sahabat.

Alhasil siaran dalam negeri sulit diakses oleh masyarakat yang berada di sana.

“Ketika bicara integrasi nasional, bicara kedaulatan informasi, maka tayangan digital itu bagian dari menangkal luberan tayangan asing,” ungkap Nuning.

Nuning menyebut masyarakat di perbatasan semakin mendapatkan informasi yang bernuansa keindonesiaan dengan migrasi siaran digital.

“Itu bagian menjaga integrasi nasional,” tegasnya.

Baca juga: Migrasi ke TV Digital Turut Dorong Kehadiran Internet 5G

Internet Indonesia Jadi Lebih Cepat

Sementara itu manfaat lain dari migrasi TV analog ke digital adalah semakin cepatnya layanan internet di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kemkominfo, Ahmad M Ramli, dalam Webinar Sosialisasi Migrasi TV Analog ke Digital di Kalimantan Timur, Kamis (22/7/2021) lalu.

Apabila ASO ini bisa berlangsung sesuai rencana di tahun 2022, Ramli menyebut masyarakat akan mendapat manfaat yang jauh lebih besar untuk broadband atau jangkauan internet.

"Karena apa? Salah satu hambatan untuk internet cepat adalah ketiadaan frekuensi," ungkap Ramli dikutip dari tayangan kanal YouTube Kemkominfo TV.

"Karena frekuensinya (saat ini) dipakai dengan sangat boros oleh penyiaran TV analog, sehingga kalau siaran analog ini beralih ke digital, akan dihemat sejumlah frekuensi yang dinamakan digital dividend, dan bisa digunakan untuk kepentingan internet kita," jelas Ramli.

Dirjen PPI Kemkominfo, Ahmad M Ramli (Tangkap Layar YouTube Kemkominfo TV)

Baca juga: Jadwal Penghentian Siaran TV Analog Ditunda, Berikut Penjelasannya dari Kemenkominfo

Sehingga, ungkap Ramli, migrasi TV analog ke digital memberi dampak positif bagi internet di Indonesia.

"Jadi salah satu yang akan berdampak untuk masyarakat, adalah internet cepat dan pemerataan internet itu sendiri," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ramli menyebut pemerintah melakukan dua hal sekaligus.

Yaitu migrasi siaran TV analog ke digital dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi.

"Jadi daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), akan mendapatkan prioritas untuk dibangunkan BTS-BTS (Base Transceiver Station) baru mulai tahun ini dan tahun depan," ungkap Ramli.

"Kalau ini ditambah lagi dengan digital dividend, otomatis ini akan membantu dan masyarakat akan mendapat layanan internet lebih banyak lagi," sambungnya.

Baca juga: Siaran Analog Bakal Dimatikan, Kominfo Akan Rampungkan Mekanisme Pembagian STB Gratis

Cara Beralih ke TV Digital

Sementara itu untuk bisa menikmati siaran TV digital, masyarakat tidak perlu mengganti piranti TV yang ada.

TV yang belum bisa menerima siaran digital, membutuhkan piranti tambahan yang dinamakan Set Top Box (STB).

"STB itu sebetulnya seperti komponen yang ada juga, ada alat yang bisa dikonek ke antena dan TV-nya, sehingga TV dapat menerima siaran digital," ungkap Ramli.

Proses pemasangan Set Top Box (STB) di Banten, Juni 2021. (Dok. Tim Komunikasi Publik Migrasi TV Digital Kemenkominfo)

Ramli menyebut, TV analog hanya bisa menerima beberapa siaran TV.

"Tapi begitu beralih ke digital, maka dia akan bisa menerima lebih banyak siaran dan lebih beragam," ungkapnya.

Baca juga: Kominfo Siap Distribusikan STB Gratis Sebelum Pelaksanaan Analog Switch Off Agustus Mendatang

Mengenai pengadaan STB, pemerintah akan memberikan bantuan gratis kepada masyarakat miskin.

"Ada sekitar 27 juta keluarga miskin, dan kalau misalnya satu keluarga itu dianggap ada empat anak, istri dan suami, kita memerlukan setidaknya ada sekitar 6,5 sampai 7 juta STB," ungkap Ramli.

Ramli pun meminta masyarakat untuk mengecek TV yang dimiliki saat ini, apakah sudah bisa untuk menerima siaran TV digital atau belum.

"Kalau belum digital, nggak harus langsung ganti TV baru, tapi belilah alat STB," ungkapnya.

Dikutip dari kemkominfo.go.id, siaran TV digital menggunakan modulasi sinyal digital dan sistem kompresi yang memberikan tayangan lebih baik dibanding TV analog.

Antara lain dapat menghadirkan kualitas gambar yang lebih bersih, suara yang lebih jernih, dan teknologi canggih bagi masyarakat Indonesia.

Adapun dalam masa peralihan ke siaran televisi digital, masyarakat tetap bisa untuk menonton siaran televisi analog.

Namun, pemerintah menganjurkan agar masyarakat mulai merubah tangkapan sinyal antena di rumah dari siaran analog ke digital. (*)

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini