News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Singgung Afghanistan, Mahfud MD Teringat Konsep Pemikiran Gus Dur Tentang Persatuan dan Toleransi

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan kembali bagaimana konsep pemikiran presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih relevan hingga saat ini.

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan kembali bagaimana konsep pemikiran presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang masih relevan hingga saat ini.

Pada peringatan Haul Gus Dur ke 12 H, Mahfud juga menyinggung Afghanistan yang kini dikuasai Taliban yang mendeklarasikan diri sebagai negara Emirat Islam Afghanistan.

Baca juga: Pengamat Sebut Kelompok Teroris JI Indonesia Bersuka Cita Atas Kemenangan Taliban di Afghanistan

Mahfud mengatakan terpilihnya Gus Dur sebagai presiden pada tahun 1999 itu menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia menolak ekstrimisme, sekularisme dan juga agamaisme.

“Kerasa hidupnya Gus Dur malam ini menemani kita, pemikiran, langkah dan bangsa Indonesia. Setia pada apa-apa. Kalau bangsa ini mau pecah, lalu orang ingat konsepnya Gus Dur tentang Persatuan dan toleransi. Ketika saat ini muncul negara Emirat Islam of Afghanistan, kita ingat konsepnya Gus Dur tentang bernegara dan toleransi serta kosmopolitanisme, inklusifisme dan sebagainya,” kata Mahfud di live peringatan Haul Gus Dur ke 12 hijriyah, Minggu (22/8/2021).

Baca juga: Video Tentara AS Selamatkan Bayi dari Atas Pagar Kawat Berduri saat Bandara Kabul Afghanistan Kacau

Menko Polhukan mengatakan pada saat Gus Dur dipilih sebagai presiden, pemilihan tersebut dianggap pemilihan paling demokratis kedua, sesudah pemilihan di tahun 1995.

Ia berujar pada tahun 1999, dunia menyaksikan bahwa Indonesia bisa melakukan pemilihan secara demokratis.

Baca juga: India Repatriasi 87 Warga Negaranya dari Afghanistan

“Kata Gus Dur, Indonesia bukan negara Islam tapi hidupnya harus Islami. Beda negara Islam dan sifat Islam. Islam itu beradab, jujur, tertib dalam bernegara, bersaudara dengan yang lainnya. Itu Islami,” lanjutnya.

Sebelum Gus Dur pada akhirnya terpilih sebagai presiden, pada waktu itu aliran politik di Indonesia terpacah menjadi 2 kubu, antara pendukung Megawati Soekarno Putri yang beraliran merah dan B.J Habibie yang beraliran hijau.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambut kedatangan WNI yang dievakuasi dari Afghanistan ke tanah air, di Base Ops, Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Sabtu dini hari (21/8/2021). Sebanyak 33 orang berhasil dievakuasi menggunakan pesawat Boeing 737-400 TNI AU, pasca situasi yang semakin mencekam akibat jatuhnya kota Kabul, ibukota Afghanistan ke tangan kelompok Taliban. Adapun 26 WNI tersebut terdiri dari 16 staf KBRI dan 10 non staf KBRI, sementara 7 warga negara non WNI yang turut dibantu pemerintah Indonesia untuk keluar dari negara tersebut terdiri dari 5 warga negara Philipina dan 2 warga negara Afghanistan (suami dari WNI dan staf lokal KBRI). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI (TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI)

Kedua kubu tersebut saling mengancam akan me’merah’kan Jakarta atau meng’hijau’kan Jakarta dengan masing-masing pendukungnya karena adanya polemik dalam pemilihan yang terjadi saat itu.

“Pada waktu itu ada kelompok PDIP yang sangat keras, yang harus jadi presiden itu harus mba Mega, kenapa? Karena dia yang menang pemilu, 34 persen waktu itu. Sedangkan yang lain dibawah 25 persen,” ujarnya.

Mahfud bercerita diantara polemik dua kubu pada waktu itu, BJ Habibie pertanggung jawabannya ditolak oleh MPR berdasarkan voting. Habibie merasa tidak layak menjadi presiden dan mengundurkan diri.

Muncullah berbagai nama yang diajukan sebagai presiden, seperti Amin Rais, Akbar Tanjung, Wiranto.

Namun sosok Gus Dur yang akhirnya terpilih sebagai presiden, karena dianggap pilihan yang paling aman untuk memimpin Indonesia.

“Gus Dur akhirnya yang dipilih. Disini terlihat bahwa orang itu tidak terlalu suka dengan ekstrim merah atau hijau,” katanya.

Gus Dur diceritakan Mahfud sosok spiritual yang selalu muncul dengan tenang, tidak menggebu-gebu atau melawan.

Bahkan ketika Gus Dur terpilih menjabat sebagai presiden, sosok yang ia tunjuk sebagai wakilnya adalah Megawati.

Hal ini yang menurutnya kemudian membuat negara Indonesia selamat dari perpecahan.

“Gus Dur muncul ketika negara ini kritis. Kalau kita ingat tahun 1998, panasnya bukan main. Apalagi rakyat saat itu ada di dalam krisis moneter,” kata Mahfud.

“Gus Dur berhasil menyatukan lintas kekuatan. Semua partai masuk dalam koalisi pemerintahannya. Pusat daerah di tata dengan sedemikian rupa,” lanjutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini