"Ada reshuffle, artinya ada akomodasi terhadap PAN. Paling-paling satu menteri, dan itu pun akan menggeser menteri dari non parpol," imbuhnya.
Ujang menyebut ada kewaspadaan dan kekhawatiran Jokowi dalam menghadapi tahun politik ke depan yang penuh ketidakpastian.
Dirangkulnya PAN dianggap dapat memuluskan langkah Jokowi mengarungi tiga tahun ke depan.
"Goyang menggoyang itu akan ada, jadi butuh dukungan alias back up politik. Menambah barisan koalisi pemerintah menjadi suatu keniscayaan agar kekuasaanya aman," katanya.
Baca juga: PAN Gabung Pemerintah, PKS Ingatkan Jangan Jadi Koalisi Obesitas
Senada, pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan yang namanya politik itu pasti ada pengharapan dan apresiasi yang diberikan.
Karena masuknya PAN membuat koalisi pemerintah makin kuat, tak bisa dipungkiri jatah kursi menanti.
Hendri lantas menyebut ada empat nama yang bisa dipertimbangkan Jokowi untuk didapuk jadi bawahannya di kabinet.
Mereka adalah Zulkifli Hasan, Hatta Rajasa, Soetrisno Bachir, dan Eddy Soeparno.
"Hingga saat ini pasca Amien Rais tidak lagi di PAN, ada empat tokoh yang menonjol. Pertama, tentunya Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum, kemudian ada Hatta Rajasa yang punya tabungan elektabilitas karena wajahnya masuk kertas suara di 2014, kemudian ada mantan ketua PAN sebelumnya Soetrisno Bachir dan Sekjen PAN mas Eddy Soeparno," kata Hendri.
Dengan pertimbangan bahwa Presiden Jokowi saat ini kerap memilih tokoh berjiwa muda, Hendri menilai Eddy berpeluang dipilih. Apalagi tiga nama lainnya sudah pernah menjabat sebagai menteri sebelumnya.
"Ini tergantung pak presiden, tapi kalau saya boleh menyarankan bila presiden ingin semangat muda, mau peremajaan, seharusnya mas Eddy yang bisa diambil saat reshuffle," ungkapnya.
Sementara itu, bergabungnya PAN dengan pemerintah dinilai Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari dipicu sudah tidak adanya Amien Rais di dalam partai tersebut.
Menurutnya banyak faktor yang mempengaruhi bergabungnya parpol dalam koalisi. Salah satunya adalah kenyamanan individu antara pimpinan suatu parpol dengan presiden selaku pemimpin koalisi.
"Saya melihat peran atau variabel individu dan peran Pak Zulkifli itu sangat besar. Jadi Pak Zulkifli itu memang bahkan semenjak 2019 sebelum Pilpres sebetulnya menurut kabar merasa dekat dengan Pak Jokowi, tetapi waktu itu ada Pak Amien di internal PAN dan sangat berpengaruh," ujar Qodari.