News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dukung Sekolah Tatap Muka, Pengamat Khawatir Dampak Non Akademis pada Anak Bila Kelamaan PJJ

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PTM PELAJAR - Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di UPT SD Negeri 2 Rajabasa, Senin (13/9/2021).

TRIBUNNEWS.COM - Pegiat Pendidikan Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Kangsure Suroto menilai, mulai diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi kabar gembira yang patut disyukuri.

Kangsure mendukung kembalinya sekolah tatap muka dengan penyesuaian protokol kesehatan (prokes).

Sebagai pengamat pendidikan, Kangsure mengaku khawatir bukan pada aspek akademis anak-anak, melainkan aspek non akademis.

Kangsure menyebut paradigma pendidikan saat ini tidak lagi berfokus soal akademis.

"Tetapi juga aspek non akademisnya, makanya ada pendidikan budi pekerti dan sebagainya, UN (Ujian Nasional) tidak dijadikan dasar kelulusan, dan sebagainya," ungkap Kangsure dalam program diskusi Overview Tribunnews.com, Kamis (9/9/2021).

Baca juga: Jokowi: Setelah Divaksin Langsung Bisa Belajar Tatap Muka Asal Tidak Level 4

Dampak Negatif Gadget Membayangi

Kangsure menyebut terlalu lama PJJ membuat psikis anak-anak terganggu karena setiap hari menghadapi gawai atau gadget.

"Saya kira kalau disurvei, dugaan saya, hampir 80 persen teman anak-anak di rumah ini bukan orangtua, tapi gadget," ungkapnya.

Siswa belajar di bawah kolong rel kereta api Mangga Besar Jakarta Rabu (19/8/2020). Siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan internet gratis yang disediakan oleh sejumlah donatur. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Apalagi, lanjut Kangsure, gadget menjadi prasyarat pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Artinya yang dulu tidak mengenal itu, kemudian dipaksa oleh keadaan untuk mengenal itu," ungkapnya.

Baca juga: Nadiem Makarim dan Gibran Tinjau Pelaksanaan PTM Terbatas di Surakarta

Meski ada manfaatnya, Kangsure menilai mudarat yang ditimbulkan juga sebanding.

"Antara manfaat dan mudaratnya itu kok saya menilai sebenarnya berimbang, karena (penggunaan gadget) relatif tidak dikendalikan."

"Anak di rumah, orangtua bekerja, dipegangi HP, padahal mereka belum bisa mengendalikan untuk memilih mana yang bermanfaat mana yang tidak," ungkap Kangsure.

Menjadi Tidak Toleran

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini