Tak hanya Suroto, aksi membentangkan poster juga dilakukan sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo baru-baru ini.
10 mahasiswa ini meluncurkan aksinya saat Jokowi melakukan kunjungan ke UNS, Senin (13/9/2021).
Mahasiswa tersebut juga sempat diamankan kepolisian, dan berakhir dibebaskan.
Akibat kejadian tersebut banyak yang menilai pihak kepolisian terlalu reaktif terhadap mahasiswa.
Baca juga: Heboh Sungai di Klaten Mendadak Berwarna Merah Layaknya Darah
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarty, menanggapi penangkapan 10 mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada Senin (13/9/2021) kemarin.
Poengky menyayangkan adanya penangkapan terhadap para mahasiswa UNS ini.
Pasalnya, para mahasiswa ini hanya menyampaikan aspirasinya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung ke UNS.
"Kami menyayangkan adanya penangkapan pihak Kepolisian, kepada seseorang di Blitar dan beberapa mahasiswa di Solo, pada saat mereka membentangkan poster pada saat Presiden Jokowi lewat," kata Poengky dalam kanal YouTube Kompas TV, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: Wakapolsek Wonosari Datangi Lokasi Air Sungai di Klaten yang Mendadak Berwarna MerahÂ
Terkait dengan itu, Wali Kota Solo Gibran angkat bicara.
Gibran mengaku sudah menghubungi Kapolresta Solo langsung untuk melakukan konfirmasi terkait penangkapan 10 mahasiswa tersebut.
"Tanya Kapolres, saya sendiri pun sudah telepon Kapolres untuk konfirmasi," kata Gibran kepada TribunSolo.com Kamis (16/9/2021).
Bahkan Gibran juga menegaskan sudah menghubungi Rektor UNS Jamal Wiwoho.
Gibran menyampaikan kepada Jamal jika mahasiswanya hendak bicara kepadanya akan diberikan fasilitas.
"Kemarin saya sudah telepon pak rektor monggo kalau mahasiswanya itu mau ketemu saya, saya fasilitasi. Saya sudah ngomong gitu sama Pak Rektor," jelas Gibran.
UNS Angkat Bicara
Pihak kampus UNS akhirnya angkat bicara soal penangkapan 10 mahasiswanya oleh aparat.
Sepuluh mahasiswa UNS itu ditangkap karena membentangkan poster kritik saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke kampus UNS pada Senin (13/9/2021) kemarin.
Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Sutanto, mengatakan tindak lanjut yang dilakukan pihak kampus adalah memastikan 10 mahasiswa yang ditangkap sudah kembali ke kampus dalam kondisi yang baik.
Selain itu para mahasiswa ini juga telah diminta untuk melapor ke Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset dan Kemahasiswaan di Fakultasnya masing-masing.
"Ya kalau tindak lanjut kita yang pertama memastikan anak-anak sudah balik ke kampus dalam kondisi yang baik, sehat semua, tidak terjadi apa-apa."
"Kami minta untuk segera melapor ke para Wakil Dekan Bidang Akademik, Riset dan Kemahasiswaan (WD 1) dan itu sudah dilakukan, sudah ketemu semua, sudah selesai," kata Sutanto dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (16/9/2021).
Lebih lanjut Sutanto menuturkan, terkait masalah pembinaan ia merasa para mahasiswa ini sudah dewasa.
Seharusnya sudah mengerti bahwa di ruang publik ada yang harus dipertanggungjawabkan.
Terlebih para mahasiswa ini melakukan aksi pembentangan poster di jalan raya yang juga dipakai oleh masyarakat lainnya.
Sehingga sangat memungkinkan aksi pembentangan poster oleh mahasiswa ini bisa menganggu ketertiban dan membuat kemacetan.
"Terus kalau bicara pembinaan dan seterusnya semua sudah dewasa, sudah ngerti dan sudah diberi tahu bahwa di tempat publik ada yang harus dilakukan karena harus bertanggung jawab."
"Itu jalan raya, itu jalan besar, kalau menganggu ketertiban, kemacetan dan semuanya pasti tidak mungkin kan," terang Sutanto.
Kesaksian Mahasiswa yang Bentangkan Poster soal KPK saat Presiden Jokowi ke UNS, Akui Sempat Panik
Mahasiswa yang lantang membentangkan poster saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke UNS menjadi perbincangan.
Dia adalah Daffa, mahasiswa UNS yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Tanpa ragu dirinya membentangkan poster bertulis "PAK TOLONG BENAHI KPK" di Halte BST UNS kala Jokowi melintas di Jalan Ir Sutami, Senin (13/9/2021).
Daffa menuturkan, jika dirinya tidak sendiri saat membentangkan poster itu.
"Sebenarnya ada dua teman saya yang lain yang juga membentangkan poster, di titik lain di depan UNS," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (15/9/2021).
"Tapi saat itu, yang tertangkap kamera hanya saya saja," imbuhnya.
Aksi nekat itu dilakukan Daffa dan teman-temannya untuk menyampaikan keresahan mereka.
Sejumlah isu nasional yang menjadi kerasahan mahasiswa disampaikan kepada Presiden, saat Jokowi berkunjung ke UNS.
Sebelum membentangkan spanduk, elemen mahasiswa ingin meminta waktu untuk bertemu presiden.
Namun, lanjut Daffa, dari pihak kampus belum memberikan izin, karena alasan yang belum diketahui mahasiswa.
"Kami coba bentangkan poster, untuk menyambut Pak Jokowi dengan narasi yang baik," ujarnya.
"Ada tujuh narasi sebenarnya yang kami siapkan," imbuhnya.
Daffa menuturkan, melihat aksi bentang poster oleh petani di Blitar, dia sudah memperkirakan aksinya akan menarik perhatian aparat.
"Kami pikir, hanya poster kami saja yang dirampas. Ternyata kami ditangkap, dan kami minta bantuan advokasi," katanya.
"Kemarin saya ditangkap, sempat panik juga. Nanti mau diapain kok ditangkap," ujarnya.
Saat 10 mahasiswa diamankan di Polresta Solo, mahasiswa dimintai keterangan dan kronologi.
Daffa menuturkan, pihak kepolisian juga menanyakan mengapa mahasiswa melakukan hal tersebut.
"Kalau di Polresnya kita suasananya beda dengan dengan polisi di lapangan. Kami menunggu polisi selesai mewancarai mahasiswa, tapi kondusif," aku dia.
"Selama pemeriksaan ada juga diberikan minum," imbuhnya.
Sekira lima jam pemeriksaan, sepuluh mahasiswa yang diamankan kemudian dibebaskan oleh petugas kepolisian. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunSolo.com)