TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid berpesan kepada mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) untuk bersiap menghadapi tantangan era Society 5.0.
Era Society 5.0, kata Zainut, adalah era saat masyarakat yang memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0.
Teknologi tersebut, seperti Internet on Things, Artificial Intelligence, Big Data dan perangkat mesin digital.
"Kita harus mengantisipasi adanya persaingan antara manusia dan teknologi pada era revolusi industri 4.0 dan society 5.0," ujar Zainut melalui keterangan tertulis, Jumat (17/9/2021).
Baca juga: Tjahjo Kumolo: Kesenjangan Masalah Teknologi Informasi Masih Terjadi Pada ASN
Zainut mendorong mahasiswa dan kampus PTKI terus melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi.
“Mahasiswa harus melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi. Skill abad 21 menghendaki kita untuk memiliki wawasan literasi digital yang baik dan canggih," kata Zainut.
Menurut Zainut, para mahasiswa harus memiliki soft skill dalam menghadapi persaingan di masa depan.
Dirinya menilai lapangan pekerjaan saat ini sangat kompetitif. Sehingga dibutuhkan kemampuan
"Para mahasiswa harus memiliki beberapa soft skill agar tidak kehilangan kesempatan untuk berada di lapangan pekerjaan yang sangat kompetitif," kata Zainut.
Baca juga: Usai Perpres Dana Abadi Pesantren Diteken Jokowi, Maruf Sebut Anggarannya Tengah Dihitung
Pada saat yang sama, mahasiswa PTKI juga dituntut menjadi agen sekaligus teladan dalam praktik keagamaan yang moderat.
Indonesia mulai mendapatkan bonus demografi, di mana usia produktif meningkat signifikan.
Data Badan Pusat Statistik (2018), menunjukkan bahwa jumlah usia produktif Indonesia pada 2015 mencapai 67,3 persen dari total penduduk 255,5 juta jiwa.
Tren ini akan memuncak pada 2030, jumlah penduduk usia produktif naik menjadi 68,1 persen dari total 296,4 juta jiwa.
Baca juga: Soal Dana Abadi Pesantren, Menag Akan Koordinasi dengan Menteri Keuangan
Sementara itu, revolusi industri diperkirakan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia pada 2030, karena digantikan oleh mesin.
Ini menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia sebagai negara dengan angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.
“Keniscayaan Revolusi Industri 4.0 (four point zero) dan Society 5.0 (five point zero) benar-benar kita rasakan lebih cepat dan membutuhkan proses adaptasi yang juga cepat. Skill abad 21 yang menghendaki kita untuk memiliki wawasan literasi digital sudah hari-hari ini kita lakukan,” pungkas Zainut.