TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP GMNI Fachri Hidayat menyesalkan beredarnya video yang menyerang putri Proklamator RI Megawati Soekarnoputri.
Informasi hoaks dan fitnah tersebut berisi tentang wanita yang disebut mirip Megawati dirawat di rumah sakit membaca lafaz syahadat.
Adapun narasi yang pertama kali diketahui menyebar luas adalah akun TikTok dengan username @d_3_w_1 yang menyebarkan video hoaks dengan narasi 'Ibu Megewati Sukarnoputri bersyahadat'.
Baca juga: PDIP Ungkap Alasannya Polisikan Hersubeno Arief Pengunggah Konten Megawati Kritis
Fachri menyesalkan bahwa perbedaan pandangan politik seharusnya tidak membuat seseorang menyerang pribadi para tokoh bangsa.
Apalagi beliau putri Proklamator RI yang berjasa memerdekakan Republik Indonesia.
Seharusnya tidak diperlakukan demikian.
"Perbedaan pikiran dan jalan politik itu wajar, tapi rasa saling menghormati harus dijaga sebagai bangsa yang beradab. Apalagi mengaku orang yang beragama. Tidak pantas jika kita menyebarkan berita bohong semacam itu," kata Fachri dalam keterangannya, Jumat (1/10/2021).
Baca juga: Megawati: Saya Sehat, Terima Kasih atas Perhatian dan Doanya
Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini meminta kepada semua pihak agar menghormati putra-putri para tokoh bangsa.
Walaupun kita memiliki ketidaksepahaman namun hal tersebut tidak boleh mengurangi rasa hormat kita dan tidak boleh menjadikan kita bertindak biadab.
"Kita boleh tidak sepaham, tapi itu tidak boleh menjadikan kita bertindak biadab. Kemanusiaan yang beradab harus kita junjung tinggi. Semua putra-putri tokoh bangsa harus kita hormati, mulai dari putri Bung Karno, Bung Hatta, Gus Dur, semua keluarga para tokoh bangsa yang berjasa untuk Republik kita mesti hargai," ujar Fachri.
Fachri menilai tidak ada satu agama pun di dunia yang menghalalkan berita bohong, dan fitnah.
Bahkan dalam Islam, menurut Fachri Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwanya nomor No. 24 tahun 2017 tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial, memutuskan hukum haram dalam penyebaran hoaks serta informasi bohong, seperti info tentang kematian orang yang masih hidup.
"Apalagi kita sebagai umat Islam, MUI sudah mengeluarkan fatwa tentang hukum dan pedoman bermuamalah di media sosial itu hukumnya haram menyebarkan hoaks dan fitnah seperti menyebarkan info kematian orang yang masih hidup. Itu sungguh perbuatan yang keji," ucap Fachri
Baca juga: Datangi Mapolda, PDIP Bali Laporkan 12 Akun Twitter yang Sebar Hoaks Megawati Meninggal Dunia
Untuk itu, Fachri mendorong penegak hukum untuk menindaklanjuti maraknya berita bohong yang menyerang Putri Proklamator RI tersebut.
Karena jika tidak ditindak hal tersebut bisa menjadi preseden buruk bagi etika bermedia sosial.
Hal tersebut jika dibiarkan maka akan dikira kebenaran.
"Perbuatan keji itu harus ditindak, agar tidak dikira sebagai kebenaran. Pembiaran terhadap tindakan yang tidak beradab, sama saja kita menyetujui kebiadaban berkuasa di hadapan kita," pungkas Fachri.