TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota MPR RI paling senior berusia 85 tahun yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sabam Sirait, telah meninggal dunia pada Rabu (29/9/2021) malam.
Kepergian senator yang menjabat dua periode ini sangat berkesan bagi kedua pimpinan lembaga tersebut.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dan Ketua DPD RI Lanyalla Mattaliti datang melayat dan memberikan penghormatan terakhir kepada Sabam di rumah duka.
Bagi Bambang Soesatyo, Sabam Sirait tidak hanya sekadar menjadi tokoh senior di PDI Perjuangan, tetapi juga telah menjadi tokoh senior dan guru politik bagi bangsa Indonesia.
Lebih-lebih Sabam mampu berpolitik bersama tujuh presiden Indonesia, mulai Presiden pertama RI Soekarno hingga Presiden ketujuh RI Joko Widodo.
"Itu menunjukkan sosok Sabam Sirait merupakan pelintas batas waktu politk Indonesia," kata Bamsoet, demikian Bambang Soesatyo disapa.
Baca juga: 3 Mantan Gubernur DKI dan Gubernur Anies Baswedan Beri Penghormatan Terakhir untuk Sabam Sirait
Bamsoet menilai Sabam Sirait tidak seperti politisi lain yang datang dan pergi.
Keberadaan Sabam bersama tujuh kepemimpinan presiden membuktikan bahwa kiprah politiknya tidak lekang oleh waktu.
Masih kata Bamsoet, Sabam tidak hanya aktif memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kemanusiaan di dalam negeri namun juga aktif memperjuangkan hal serupa di dunia internasional yaitu dengan sikapnya mendukung kemerdekaan negara Palestina.
"Saya termasuk pengagum keteguhan prinsip berpolitik yang diajarkan Pak Sabam," ujarnya.
Menurut dia, para pemuda yang ingin dan sedang terjuan di dunia politik, harus terlebih dahulu membaca biografi dan mempelajari perjalanan hidup Sabam sehingga tidak menjadi politisi pragmatis ataupun politisi "musiman".
Sementara Ketua DPD RI Lanyalla Mattaliti bersaksi bahwa Sabam Sirait merupakan orang yang sangat baik. Bahkan saat ia maju sebagai calon Ketua DPD RI, Sabam terus mendukungnya agar tidak mundur dan tidak boleh gentar.
"Beliau selalu memberikan saya nasihat-nasihat. Dan bila disebutkan dalam satu kata, Sabam adalah sosok yang komitmen," ungkap Lanyalla.
Diketahui, Sabam, yang lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatra Utara pada 13 Oktober 1936 itu merupakan penerima Bintang Mahaputra Utama karena berbagai pengabdian yang pernah dilakukan.
Pengabdian Sabam tersebut antara lain sebagai anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR RI periode 1973-1982, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, anggota DPR RI periode 1992-2009, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2019-sekarang.
Di kepartaian, Sabam Sirait pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1963-1967, Sekjen Parkindo 1967-1973, dan merupakan penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), 10 Januari 1973.
Sabam juga pernah menjadi Sekjen PDI tiga periode yaitu 1973-1976, 1976-1981, dan 1981-1986.
Sabam juga turut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada September 1998 dan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P 1988-2008.