Menurutnya, Indonesia adalah bangsa besar, negara terbesar ke-4 dunia. Mentan SYL juga menegaskan jika pertanian harus semakin maju, harus semakin kuat.
“Kalau kita tidak memperbaiki cara kerja, kita bisa terpuruk. Untuk itu, kita hadirkan orang-orang yang mau berwirausaha dan menjawab hal tersebut. Mari kita hadirkan pertanian yang semain maju, semakin akseleratif, hadirkan pertanian dengan kapasitas maksimal dengan tantangan yang ada,” katanya.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan petani milenial yang tergabung dalam Duta Petani Andalan/Duta Petani Milenial (DPM/DPA) terus melakukan resonansi di daerahnya, salah satunya seperti yang dilakukan di Sorong.
“DPM dan DPA sudah melakukan berbagai kegiatan di daerah. Kita bergerak di 11 provinsi, masing-masing sudah terdaftar lebih dari 200 orang petani milenial. Bersama dengan itu kita bangun jaringan pertanian nasional dan sudah terdaftar 10.470 petani milenial dalam jaringan itu,” katanya.
Dijelaskan Dedi, hal mendasar diberikannya pelatihan ini karena adanya keinginan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk mendorong secara massif Penumbuhan petani milenial, serta meningkatkan kapasitasnya sehingga dapat meningkatkan hardskill maupun softskill petani milenial.
“Dukungan dari pemerintah Pusat maupun Daerah dan semua pihak dalam pemberdayaan petani milenial untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas pertanian sangat diperlukan. Petani milenial sebagai SDM unggul dengan karakter mampu beradaptasi, responsif, serta kolaboratif akan dapat mendorong resonansi penumbuhan petani milenial membangun potensi lokal pertanian”, papar Dedi.
Terkait materi pelatihan yang diberikan lebih diarahkan agar DPM dan DPA mampu berwirausaha.
Tentunya materi akan disampaikan oleh fasilitator yang kompeten di bidangnya, baik dari Widyaiswara, P4S/Gapoktan berprestasi serta dari pihak perbankan terkait sosialisasi pembiayaan berbasis KUR.
"Materi diberikan dengan metode ‘blended learning’ mengenai penumbuhan motivasi peserta pelatihan tentang prospek pengembangan
usaha pertanian di masa depan," ujarnya.
"Selain itu juga memberikan pemahaman kepada peserta tentang bagaimana menjalin kemitraan dan negosiasi yang efektif dengan menerapkan supply chain management, bagaimana menerapkan strategi pemasaran berbasis digitalisasi, serta menerapkan berbagai konsep pembiayaan dan pencatatan usaha yang relevan dengan perkembangan jaman," terang Dedi menambahkan.
Pelatihan diselenggarakan secara online, juga offline dengan peserta yang hadir berjumlah 30 orang terdiri dari wilayah Sorong, Sorong Selatan, Pegunungan Arfak, Tambrauw, dan Manokwari.
Sedangkan peserta lainnya seperti petani milenial, penyuluh dan mahasiswa pertanian mengikuti melalui online/daring.