TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Charta Politica, Yunarto Wijaya turut memberikan pandangannya terkait kontemplasi yang dilakukan Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dalam mengusung calon presiden (capres) di Pemilu 2024 mendatang.
Menurut Yunarto, Megawati memiliki strategi khusus dalam memilih calon presiden.
Berkaca dari rekam jejaknya di Pemilu 2014 lalu, Yunarto meyakini Megawati akan mengumumkan capres pada waktu paling akhir.
Mengingat keputusan tersebut tidaklah mudah bagi PDIP, apalagi partai PDIP adalah partai yang besar.
Jadi perlu pertimbangan yang matang untuk memutuskan siapa penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pertama yang tidak bisa dibantah, betul ada last minute kecenderungan dari Ibu Mega dalam mengambil keputusan."
"Itu memang pola yang biasa terjadi dari partai terbesar apalagi yang paling ditunggu-tunggu itu biasanya yang terakhir dalam mengambil keputusan," ungkap Yunarto, dikutip dari tayangan Youtube Metro TV, Kamis (28/10/2021).
Baca juga: Megawati: Apa Ada Aturan yang Bisa Menghalangi PDIP Menang Terus? Enggak Ada
Baca juga: Singgung Riwayat Pencalonan Jokowi Dulu, Sekjen PDIP: Megawati Tidak Sembarangan Usung Capres Partai
Selain sebagai sebuah strategi, menurut Yunarto, keputusan keputusan Megawati tersebut juga merupakan sebuah insting naluriah dari partai terbesar di Indonesia.
"Saya melihat bisa itu sebagai strategi atau sebuah insting naluriah dari partai terbesar karena itu akan paling berpengaruh dalam kontestasi politik," tambah Yunarto.
Menurut Yunarto, strategi yang dilakukan Megawati hanya bisa dimaknai oleh orang-orang terdekatnya saja.
"Kalau kontemplasi saya yakin kader internal apalagi orang-orang terdekat Ibu Mega saja yang bisa memaknai."
"Tapi kita sebagai pihak luar paling tidak bisa membaca fakta-fakta empiris yang pernah terjadi dalam konteks pengambilan keputusan Ibu Megawati terkait dengan siapa yang akan dimajukan sebagai capres."
Baca juga: Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri Cerita Pernah Ditawari Masuk Golkar
"Minimal kita belajar dari 2014 dan saat itu lebih sakral pertanyaan terbesarnya adalah Ibu Mega maju sendiri atau kader lain," tambah Yunarto.
Megawati Tak Sembarangan Putuskan Capres
Sekjen PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menjelaskan bahwa Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, memiliki pertimbangan yang matang pada setiap keputusan politiknya.
Pertimbangan tersebut dalam hal mengusung seseorang menjadi Capres.
Hal itu termasuk mengenai pertimbangan Megawati memilih Jokowi sebagai calon presiden dari partainya.
Baca juga: Megawati: Kalau Sudah Tak Suka PDIP Silakan Mundur, Daripada Saya Capek Pecat-pecatin
Megawati, kata Hasto, tak akan sembarangan memutuskan siapa yang akan maju untuk melanjutkan estafet pemerintahan saat ini.
"Ibu Mega melakukan pertimbangan-pertimbangan yang sangat matang untuk mengambil keputusan politik itu, terbukti Pak Jokowi dulu juga dicalonkan oleh Ibu Mega," terang Hasto, dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (29/10/2021).
Oleh karena itu, Hasto menegaskan keputusan siapa calon presiden yang diusung di Pilpres 2024 ada di tangan Megawati Soekarnoputri.
Sementara itu, kader-kader partai saat ini diminta fokus untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
"Kami telah menegaskan bahwa berkaitan siapa Capres dan Cawapres berdasarkan Kongres V di Bali, Ibu Megawatilah yang akan mengambil keputusan," jelas Hasto.
SMRC: Publik Lebih Pentingkan Kualitas Ganjar Maju Capres
Direktur Lembaga Survei Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC), Deni Irvani, mengatakan bahwa saat ini tokoh-tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi kebanyakan adalah tokoh-tokoh yang bukan elite inti partai.
Hal ini karena pemilih lebih mementingkan kualitas personal capres bila dibandingkan dengan keputusan partai.
Sehingga ini menjadi tantangan bagi partai politik.
Baca juga: PDIP Rayakan Hari Sumpah Pemuda, Megawati Sekaligus Resmikan 16 Kantor Partai dan Taman UMKM
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Deni dalam bincang dan diskusi dalam segmen "SMRC: Pemilih Lebih Pentingkan Kualitas Personal Capres Dibanding Keputusan Partai" yang disiarkan secara virtual oleh Kompas Tv, Selasa (12/10/2021).
"Tekait survei ini ternyata tokoh-tokoh yang memiliki elektibiliti tinggi kebanyakan adalah tokoh-tokoh yang bukan elite inti partai."
"Yang lainnya adalah tokoh-tokoh yang bukan elite partai, sehingga ini menjadi tantangan bagi partai politik bahwa ternyata publik sementara ini lebih menyukai tokoh di luar tokoh elite partai," terang Deni.
Seperti satu di antaranya adalah Ganjar Pranowo.
Ganjar, kata Deni, memiliki elektabilitas tinggi, meskipun dirinya bukan tokoh inti dari Partai PDIP.
"(Ganjar) dia memang seorang kader PDIP tapi bukanlah inti dari Partai PDIP," jelas Deni.
Meski begitu, menurut Deni, ini penting juga untuk diperhatikan bahwa masyarakat lebih mementingkan personal capres daripada keputusan partai.
Pemilih lebih mengikuti apa yang menurut mereka pantas dan siapa yang memenuhi karakter seorang capres.
(Tribunnews.com/Galuh widya Wardani/Nuryanti)