News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Prakiraan Cuaca

Prediksi BMKG soal Fenomena La Nina hingga Februari 2022, Berikut Ini Dampaknya di Indonesia

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Banjir di Simpang Mampang, Pancoran Mas, Kota Depok, Kamis (23/9/2021). BMKG menginformasikan terjadinya La Nina hingga Februari 2022.

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Peringatan Dini untuk waspada terhadap kemungkinan datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini hingga awal 2022.

Peringatan tersebut disampaikan melalui laman bmkg.go.id pada Jumat (29/10/2021).

BMKG melaporkan adanya perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.

Data itu menunjukkan nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0,61 pada Dasarian I Oktober 2021.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Sabtu, 30 Oktober 2021: Hujan Lebat Berpotensi Terjadi di 29 Wilayah

Baca juga: Prakiraan Tinggi Gelombang BMKG Sabtu, 30 Oktober 2021: 19 Wilayah Perairan Capai 2,5-4 Meter

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang, sehingga masyarakat diimbau agar bersiap dengan kedatangan La Nina yang diprakirakan berlangsung hingga Februari 2022, dengan intensitas lemah hingga sedang.

"Mohon kepada daerah untuk tidak menyepelekan peringatan dini La Nina ini."

"Jangan sampai melupakan upaya mitigasi dan fokus pada penanggulangan pasca kejadian. Mitigasi yang komprehensif akan bisa menekan jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Lalu, apa itu fenomena La Nina?

Baca juga: Mengenal Iklim di Indonesia, Jenis-jenisnya, dan Fenomena Alam yang Mempengaruhi Perubahan Iklim

Dalam laman BMKG terdapat penjelasan tentang La Nina, yaitu kebalikan dari fenomena El Nino.

El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal.

Fenomena El Nino terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Sehingga, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Sedangkan La Nina adalah fenomena pendinginan Suhu Muka Laut (SML) di bawah kondisi normalnya di Samudera Pasifik.

Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah.

La Nina dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.

Baca juga: Mengenal Iklim Tropis, Pengertian, Ciri-ciri, dan Persebaran Daerah Iklim Tropis

Dampak La Nina di Indonesia

Hasil kajian BMKG tentang kejadian La Nina tahun 2020 menunjukkan peningkatan curah hujan pada November-Desember-Januari, terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan.

La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas curah normalnya.

Potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

BMKG mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat, untuk mengelola sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina.

Mereka diimbau melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi.

Potensi bencana Hidrometerologi, meliputi:

- Banjir

- Longsor

- Banjir bandang

- Angin kencang

- Angin puting beliung

- Badai tropis.

Baca juga: Mengenal Iklim Subtropis: Pengertian Iklim Subtropis, Ciri-ciri, Pembagian Musim, dan Flora Fauna

Kemudian, BMKG juga menyampaikan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021.

Hasil tersebut menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022, ada beberapa wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan mulai Oktober 2021.

Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan, yaitu:

1. Wilayah Aceh bagian tengah dan timur

2. Sumatra Utara 

3. Riau bagian Tenggara

4. Sumatra Barat

5. Jambi

6. Sumtera Selatan bagian Tenggara

7. Lampung bagian barat

8. Bangka Belitung

9. Banten bagian timur dan barat

10. Jawa Barat bagian selatan dan tengah

11. Jawa Tengah bagian barat dan tengah

12. Yogyakarta

13. Sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan

14. Sebagian Bali

15. Kalimantan Utara

16. Kalimantan Timur

17. Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur

18. Kalimantan Tengah bagian timur

19. Pulau Taliabu

20. Pulau Seram bagian selatan.

Data di atas menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 dari BMKG.

Wilayah Indonesia lainnya akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap.

BMKG menyampaikan, hingga bulan November 2021 nanti, diprakirakan 87,7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Kemudian pada akhir bulan Desember 2021, ada 96,8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

BMKG mengingatkan beberapa wilayah pada Oktober 2021 sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.

Beberapa wilayah tersebut adalah pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. 

Peralihan musim berpotensi terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang dalam periode yang singkat dan sering, sehingga memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

BMKG mengimbau agar masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi banjir dan longsor agar lebih waspada lagi.

Menurut pantauan BMKG, periode puncak musim hujan diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Dampak Perubahan Iklim

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini