Oleh karena itu, La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 hingga 70 persen di atas normalnya.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi.
Adanya potensi lanjutan dari curah hujan tinggi dapat berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Baca juga: Kementan Rumuskan Program Aksi Adaptasi Antisipasi Dampak La Nina
Selain itu, Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan.
Tidak hanya itu, melainkan juga melakukan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti:
- Banjir;
- Longsor;
- Banjir bandang;
- Angin kencang atau puting beliung;
- Atau terjadinya badai tropis.
Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022.
Hasil monitoring perkembangan musim hujan menunjukkan wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan dengan persentase 19,3 persen.
Kemudian, terdapat beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan, di antaranya:
- Wilayah Aceh bagian tengah;