TRIBUNNEWS.COM - Microsleep merupakan suatu kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk.
Dikutip dari verywellhealth.com, pada umumnya kejadian microsleep berlangsung sekitar sepersekian detik hingga 10 detik penuh.
Namun, durasi microsleep dapat bertambah lama jika seseorang benar-benar memasuki waktu tidur.
Microsleep sering terjadi saat seseorang melakukan pekerjaan yang monoton seperti sedang berkendara, bekerja, dan menatap layar dalam waktu yang lama.
Baca juga: Kenali Bahaya Microsleep saat Berkendara, Simak Cara untuk Mencegahnya
Baca juga: Belajar dari Kasus Vanessa Angel, Waspadai Risiko Microsleep karena Kelelahan Saat Nyetir Jauh
Selain itu, rasa lelah yang ditambah kurangnya istirahat juga memicu sebagian sel-sel otak untuk berhenti bekerja.
Hal itu, disebabkan karena otak tidak dapat bertahan di antara rasa lelah dan kondisi terjaga, tetapi tidak semua bagian otak tertidur.
Dalam keadaan normal, otak dapat menangkap dan memproses berbagai stimulus, sedangkan jika mengalami kelelahan akan terjadi penurunan konsentrasi.
Menurut pakar penelitian tidur dari Amerika dan pendiri Sleep Research Center Stanford University, Profesor Dr Wiliam Dement, saat merasa mengantuk beberapa bagian otak sebenarnya mulai tertidur meskipun saat masih terjaga.
Hal tersebut merupakan fenomena yang dikenal sebagai tidur lokal dan menyebabkan efek kurang tidur.
Dikutip dari dinhub.puworejokab.go.id, seseorang yang mengalami microsleep tidak menyadari jika dirinya tertidur atau akan memasuki kondisi tidur.
Kondisi ini juga dapat terjadi dengan mata terbuka dan pandangan kosong.
Microsleep dapat ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk dan mengedipkan mata yang terlalu sering serta tidak dapat mengingat hal yang terjadi pada beberapa menit sebelumnya.
Sesorang yang mengalami microsleep sering terbangun dengan perasaan lebih segar dalam waktu yang singkat.
Apabila sedang berkendara, kejadian microsleep sangat berbahaya karena tidak dapat mengontrol arah dan laju kendaraan.