TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada pidatonya di di Acara peresmian Masjid At-Taqwa dan Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta menyebut bahwa Soekarno adalah Muhammadiyah.
Hal ini pun pernah ia sampaikan saat mendapat kesempatan beberapa kali dan diminta mengisi ceramah di rumah Megawati Soekarnoputri.
Haedar sampaikan secara terbuka di depan kader-kadernya Mega, bahwa Soekarno adalah Muhammadiyah.
“Soekarno adalah Muhammadiyah sebagai bukti persenyawaan Muhammadiyah yang memperkenalkan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan sebagai satu jiwa. Bukan setelah Indonesia merdeka, bahkan sebelum Indonesia merdekam,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (20/11/2021).
Ia berujar Soekarno pun merasa menjadi murid Kiai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Dan yang kemudian puncaknya, Indonesia mendeklarasikan sebagai negara Pancasila, sebagai Daarul Ahdi wa Syahadah.
“Indonesia tidak akan pernah dan tidak boleh lepas dari Pancasila sebagai dasar negara,” ujarnya.
Ia berharap Muhammadiyah dapat menjadi pelopor ketika ada orang atau kelompok yang tidak sejalan atau seprinsip dengan NKRI dan Pancasila.
Baca juga: Jokowi Apresiasi Kontribusi dan Konsistensi Muhammadiyah dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Muhammadiyah diharapkan menjadi perekat, bahwa Indonesia merupakan tempat berkonsensus, seperti berkeluarga.
“Semakin tua harus semakin kuat konsensusnya, makin sukses harus semakin kuat konsensusnya. Karena godaannya banyak,” ujarnya.
Haedar meminta kepada pemimpin bangsa, khususnya kepada pengurus senior Muhammadiyah untuk paham sejarah.
Karena sejarah akan mengingatkan asal usul perjuangan bangsa.
Dengan diresmikannya Masjid At-Taqwa dan Gedung Dakwah Muhammadiyah, ia berharap tempat ini menjadi representasi simbol dari sejarah Jakarta, simbol sejarah Indonesia, dan Muhammadiyah.
“Insya Allah Gedung ini representasi apa yang disampaikan pak Anies, sebagai simbol dari sejarah Jakarta dan sejarah Indonesia, dimana Muhammadiyah hadir,” ujarnya.
“Jakarta tidak pernah lepas dan tidak bisa dilepaskan dari Indonesia. Dan Indonesia tidak bisa lepas dari Jakarta yang punya sejarah,” lanjutnya.