Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen kuat dalam melindungi ekosistem lahan gambut secara nasional maupun internasional.
Salah satunya yaitu dengan melanjutkan restorasi gambut dengan target seluas 1,2 juta hektare hingga tahun 2024 nanti.
Adapun tujuh provinsi yang menjadi prioritas restorasi gambut adalah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.
Dalam pelaksanaannya, BRGM pun mempunyai strategi 3R, yaitu rewetting, revegetation dan revitalization.
Baca juga: Fadel Ajak Masyarakat Terlibat Dalam Perbaikan Lingkungan Dan Restorasi Ekosistem
Rewetting adalah pembasahan kembali lahan gambut dengan pembangunan sekat kanal, sumur bor dan timbun kanal.
Revegetation adalah penanaman kembali melalui persemaian dan penanaman, sementara revitalization of livelihood adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Saat ini BRGM sudah membangun sekat kanal sebanyak 6.947 unit, penimbunan kanal sebanyak 427 unit, sumur bor sebanyak 15.594 unit. Sementara revegetation sudah berjalan 1.709,35 hektare, serta terdapat 1.214 paket revitalisasi ekonomi,” kata Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRGM, Dr. Myrna Safitri di Jakarta, Senin (22/11/2021).
Lebih lanjut, Myrna membeberkan, program 3R tersebut dilaksanakan dan diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan melalui program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG).
“Program-program ini menjadi salah satu prioritas pemerintah pusat dan daerah dan juga di dunia internasional. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, bahwa merestorasi gambut tidaklah mudah terlebih dengan situasi seperti Indonesia. Di mana banyak orang yang bergantung hidupnya atau mata pencahariannya dari gambut,” ungkap Myrna.
“Oleh karena itu, pembangunan yang akan dijalankan pun harus seimbang, lantaran tidak hanya untuk lingkungan saja melainkan juga bagaimana caranya bisa meningkatkan ekonomi masyarakat secara umum,” sambungnya.
Pembangunan desa berbasis lanskap ekosistem gambut ini mengedepankan partisipasi masyarakat, termasuk melibatkan wanita dalam komunitas tersebut.
Kolaborasi antar pemangku kepentingan dan masyarakat inilah yang nantinya bisa melindungi dan menjaga eksosistem gambut.
Sementara itu, Profesor Mark Reed dari Scotland's Rural College (SRUC) menjelaskan bagaimana standarisasi pengukuran biofisik dalam penelitian dan pemantauan lahan gambut.
Baca juga: Restorasi Gambut di Indonesia Berhasil Kurangi 266,1 Juta Ton Emisi Karbon