Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diperlukan dukungan dan kerja keras seluruh pihak agar vaksinasi dapat menjangkau hingga pelosok daerah.
Alasannya, terdapat keunikan dan tantangan masing-masing di daerah yang berbeda-beda.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulawesi Barat, Mustari Mula mengatakan kondisi geografis yang beragam menjadi satu tantangan pelaksanaan vaksinasi di Sulawesi Barat, seperti daerah yang tidak terjangkau dengan kendaraan roda dua.
“Sangat bersyukur banyak dibantu, bahu membahu dengan berbagai elemen terutama TNI Polri, Nakes (tenaga kesehatan) dan masyarakat,” ungkap Mustari.
Kondisi geografis ini juga menjadi tantangan bagi distribusi vaksin agar terjaga kualitasnya.
Terkait ini Mustari mengatakan, sebelum didistribusikan ke daerah terpencil proses distribusi telah dikalkulasi waktu dan jarak tempuhnya, sehingga vaksin tiba dalam kondisi baik.
Baca juga: Ketua PPNI: Tenaga Kesehatan Harus Kreatif Beri Sosialisasi Vaksinasi Covid-19 di Daerah Terpencil
Higga dua hari lalu, capaian vaksinasi di provinsi Sulawesi Barat sekitar 56 persen .
Pada awalnya mereka cenderung menghindar bahkan menolak tenaga vaksinator, karena belum mendapatkan informasi yang benar.
“Tapi setelah teredukasi dengan baik, justru partisipasi masyarakatnya lebih proaktif untuk divaksin,” jelas Mustari.
Seperti halnya Sulawesi Barat, kondisi geografis juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pacitan dalam melakukan vaksinasi.
“Pacitan 85 persen terdiri dari pegunungan dan perbukitan,” jelas Wakapolres Pacitan, Kompol Sunardi.
Dengan pertimbangan tersebut, serta kendala mobilitas masyarakat khususnya lansia dan kaum difabel, untuk mempermudah akses vaksinasi, pihaknya menggencarkan vaksinasi door to door atau mengumpulkan masyarakat di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka.
Sunardi mengatakan, masyarakat senang dengan kemudahan yang diberikan.
Karena selain vaksinasi, petugas juga membagikan bantuan sosial, serta peralatan seperti kursi roda yang sangat bermanfaat bagi kaum difabel.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Global 24 November 2021: Ada 19.465.995 Kasus Aktif Tercatat di Seluruh Dunia
Meski demikian, cuaca ekstrim cukup menjadi kendala.
Sehingga, vaksinasi ke desa-desa, peran Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan bidan desa dimaksimalkan untuk mendatangi dan melayani penduduk.
Penguatan jalur komunikasi dan edukasi juga dilakukan dengan pembentukan grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW.
“Capaian vaksinasi 72,61 persen dan kami mengejar vaksinasi lansia yang baru 52%,” kata Sunardi.
Meski tidak memiliki tantangan geografis seperti di pedalaman, vaksinasi di perkotaan seperti Jakarta dan sekitarnya juga memiliki kendala tersendiri, selain karena terlalu banyaknya informasi.
“Berdasarkan studi, keengganan masyarakat untuk vaksinasi adalah persoalan teknis,” ungkap Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka, Devi Rahmawati.
Persoalan teknis dimaksud adalah kendala akses, transportasi, waktu, juga biaya menuju sentra vaksinasi.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, ujar Devi, pihaknya bekerja sama dengan banyak unsur, melakukan vaksinasi kolosal di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah peyangganya, sehingga diharapkan dapat mengakses semua warga.
Baca juga: Presiden Jokowi: Pengendalian Covid-19 Menjadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi
“Membujuk masyarakat menjadi lebih mudah karena tahu persis kendala yang dihadapi,” kata Devi.
Program Vaksinasi Merdeka ini telah terlaksana 3 kali dengan melibatkan ribuan orang relawan.
Dalam pelaksanaannya, Devi menyatakan pentingnya 3 unsur, yakni kerelawanan, kedermawanan, dan kepemimpinan.
Ia meyakini, selama 3 unsur tersebut tercipta, maka program serupa Vaksinasi Merdeka dapat diadopsi di seluruh tempat di Indonesia.
“Pandemi membuat kearifan sosial gotong royong betul-betul terlihat, bagaimana warga dari berbagai latar belakang siap membantu,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan, saat ini yang sangat diperlukan adalah aksi.
“Jadi selain kerja sama, aksi juga paling penting,”tandasnya.
Selain kondisi geografis dan transportasi, Ketua Persatuan Perawat Nasional, Harif Fadhillah mengutarakan adanya tantangan lain yang sering dihadapi kegiatan vaksinasi di daerah terpencil.
Kendala tersebut adalah kurangnya pemahaman masyarakat. Karena itu, perawat yang memberikan pelayanan kesehatan ke daerah harus memiliki kreativitas dan kemampuan untuk memberikan pendekatan dan pengertian lebih spesifik, dengan bahasa yang dapat diterima warga setempat.
“Kita harus punya kreativitas untuk membuat media-media sederhana (misalnya gambar) yang dapat dipahami mereka,” kata Harif.
Harif menuturkan, tantangan utama vaksinasi adalah bagaimana masyarakat dapat memahami dengan baik.
Edukasi, dikatakannya, bukan sekadar memberi informasi, namun bagaimana informasi tersebut juga harus dapat dipahami dan diikuti oleh masyarakat.
Untuk itu, diperlukan sinergi, kolaborasi, juga kolabor-aksi antar semua komponen.