TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Di tengah panasnya sengatan matahari tidak membuat Fauzan (9) dan Zidan (9) bersama teman-temannya meninggalkan lapangan voli yang tengah dipersiapkan menyambut kehadiran Erick Thohir, selaku ketua Yayasan Erick Thohir.
Keduanya sempat mengenang, dahulu lahan yang bersemak dan berpasir kini telah menjadi lapangan seutuhnya.
Tentunya, setelah menerima bantuan program social healing dari orang nomor satu di Kementerian BUMN kabinet Presiden Jokowi itu.
Dikatakan Fauzan, lahan kosong tempat dirinya dan teman-teman bermain dahulu sangat menyeramkan.
Baca juga: Sambangi SPBU di Medan, Erick Thohir Pertanyakan Soal Toilet: Ah yang Bener Gratis?
Baca juga: Bandara Kualanamu Dijual ke Investor India? Berikut Jawaban Kementerian BUMN
Lantaran, setiap bermain harus ekstra hati-hati, karena terdapat paku dan beling.
"Pernah (luka) terpijak kaca atau paku, saat main lari-larian, kareno sebelumnya ini tanah, kakak. Sekarang enak, ga takut lagi (terpijak)," kata Fauzan penuh antusias.
Sementara itu, diakui Zidan, bermain dengan kondisi sekarang tidak perlu khawatir hingga harus sampai malam hari.
Karena sebelumnya, setiap main hanya bisa di waktu sehabis pulang sekolah saja, dan habis sholat magrib hanya sedikit yang mau main kembali.
"Di lapangan ini, kami main raket, pecah piring, tongkat dingin, kadang ikut main-main bola voli. Mahgrib kami main perang sarung," sebut Zidan siswa dari SD 150 itu.
Manfaat kehadiran lapangan berukuran 10x20 meter ini tidak hanya dirasakan oleh Fauzan maupun Zidan, tetapi juga dirasakan para pemuda pemudi hingga kelompok usaha mikro kecil dan menengah di RT04 RW 08 Kelurahan Umban Sari, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru.
Seperti yang diungkapkan, Anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RT 04, Ati (46) mengatakan dengan adanya lapangan voli serbaguna ini dapat juga dimanfaatkan bagi para ibu-ibu menampilkan produk kerajinan tangan.
Dalam kesempatannya itu, mantan ketua RW 08 ini mengaku tidak pernah terfikir bila desanya mendapat bantuan dan menjadi agenda berkunjungnya Erick Thohir tersebut.
"Karena ini kami yakini sebagai takdir Allah SWT dan kedatangan Pak Erick Thohir ke sini pun, kami yakini sebagai utusan Allah dan menjadi berkah luar biasa,"ungkapnya.
Di kesempatan yang berbeda, Muali (46) yang mendapat tugas mengenakan pakaian adat Melayu berwarna hitam ini mengaku bangga dilibatkan dalam kegiatan penyambutan dan peresmian pembangunan lapangan voli.
Tidak terlihat keluh dari wajahnya baik saat melakukan latihan hingga tibanya Erick Thohir di lokasi acara.
"Cukup panas (pakai baju adat,red) tetapi demi kesuksesan acara peresmian yang akan dihadiri Pak Erick Thohir yang telah memberikan bantuan kepada desa kami di sini," sebut dia.
Bahkan, sambung pria yang berkerja sebagai tukang sampah ini, apa yang dilakukan dirinya maupun warga pada umumnya akan menjadi cerita bagi anak dan cucu-cucu bahwa ada seorang pemimpin negeri ini yang mau berkunjung dan memberikan bantuan di kampung yang kecil ini.
Ia pun berdoa, dengan bantuan dan perhatian yang diberikan Erick Thohir melalui yayasannya dapat mengantarkannya menjadi pemimpin Indonesia kedepannya.
"Meski istilahnya saat ini hanya sekedar memberikan bantuan berupa fasilitas umum, tetapi hal kecil itu merupakan perhatian yang berarti bagi kami,"ucapnya.
Rio (35) salah satu penggerak pemuda RT04 menceritakan bagaimana pertama kali datangnya bantuan pembangunan lapangan yang selesai pada 8 Oktober 2021.
Menurut dia, di tanggal 3 Oktober 2021, salah seorang tim dari E Troopers bertemu dengan dirinya untuk menawarkan bantuan berupa pembangunan Fasum.
Tidak perlu waktu yang lama, malam harinya diputuskan menerima setelah terlebih dahulu menentukan lokasi pembangunan, yang merupakan lahan umum milik mushola
Dimana awalnya, sambung dia, lahan kosong tersebut hanya digunakan dalam setahun sekali, yakni saat melaksanakan ibadah sholat Id dan pemotongan hewan kurban saja.
"Kenapa kita pilih lapangan voli, karena lapangan voli berukuran lebih besar dari lapangan lainnya, dan bisa digunakan untuk olahraga takraw maupun badminton, juga bisa digunakan untuk kegiatan mushola,"papar pria yang berkerja freelance tersebut.
Dikatakan dia, meski awalnya tidak yakin lapangan tersebut akan dapat dibangun dengan kondisi tanah yang miring dan sedikit berbukit.
Sebab, dalam perhitungan para warga, hanya bisa dikerjakan bila alat berat seperti eskavator yang menguruk tanah hingga menjadi rata.
Tetapi, dengan keyakinan bahwa yang bantuan yang datang merupakan salah satu rezeki yang tidak boleh ditolak.
Sejumlah para 'petarung' yang berprofesi sebagai pekerja bangunan dan bersama warga menyanggupi pembangunan yang hanya diberi waktu lima hari pengerjaan saja.
"Ini bukti nyata bahwa gotong royong ini benar-benar ajaib, dimana para petarung-petarung gotong royong kita dengan mengorbankan waktunya dengan mengesampingkan kepentingan pribadi, agar lapangan dapat terbangun," pungkasnya.