News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Muktamar NU

Siapa yang Akan Jadi Ketum PBNU Ditentukan Taqdir Allah, Bukan Maju Mundurnya Jadwal Muktamar NU

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FOTO ILUSTRASI - Dari kiri: Bupati Jombang, Nyono Suharli, Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj, Ketua Steering Committee Panitia Muktamar NU ke-33 Slamet Effendy Yusuf, Sekretaris Steering Committee, Yahya Cholil Staquf dan Ketua Pelaksana Daerah, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di sela jumpa pers jelang pembukaan Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang, Jumat (31/7). Muktamar NU ke-33 akan dibuka Presiden RI, Joko Widodo. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jadwal Muktamar Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) hingga saat ini belum menemui titik terang kapan pelaksanaanya. Meski baru-baru ini Pj Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Ahyar telah mengeluarkan surat perintah memajukan jadwal muktamar NU, namun PBNU hingga saat ini belum mengumumkan kapan kepastian jadwalnya.

Situasi tak menentu ini mengundang reaksi beragam dari banyak pihak. Sorotan tajam trik dan intrik pun mulai ditujukan kepada dua kandidat calon Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj dan KH. Yahya Cholid Staquf (Gus Yahya).

“Saya melihatnya ada dua kelompok yang pertama kubu Gus Yahya, Kubu ini merasa kalau muktamar digelar sekarang dia yakin akan menang. Terlepas dari situasi politik hari ini, dia khawatir kalau muktamar ini diundur konstalasi akan berubah,” kata Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH. Imam Jazuli lewat voice note yang dikirim ke Tribunnews.com, Selasa (30/11/2021).

“Yang kedua kelompok dari Kiai Said Agil Siradj menganggap situasi saat ini belum menguntungkan, makanya berharap muktamar NU diundur dengan harapan ada perubahan konstalasi dan waktu untuk konsolidasi. Jika diundur ada harapan pada perubahan peta politik,” tambah Kiai Imam Jazuli.

Situasi konstalasi politik perebutan kekuasaan menjadi orang nomor satu di NU dengan keyakinan masing-masing kandidat akan menang menjadi sesuatu yang wajar. Tapi menurut Kiai Imam Jazuli menjadi masalah karena membuat kedua calon terjebak pada situasi diluar ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

“Seolah-olah waktu penentuan muktamar sudah menjadi penentu siapa yang akan jadi ketum PBNU. Padahal sesungguhnya waktu tidak punya kekuatan apa-apa yang punya kekuatan hanya Allah SWT. Seharusnya kita punya keyakinan bahwa boleh saja kita bekerja berusaha secara maksimal yang menentukan tetap Allah SWT. Seperti siapa yang akan jadi Ketum PBNU ini sudah digariskan di Lawhul Mahfudz,” kata Kiai Imam.

"Bukan karena waktu muktamar yang jadi tuhannya, Tuhannya adalah Allah SWT. Kalau ada keyakinan kuat kapanpun akan dilakukan dan sudah ada ketentuan Allah SWT kita hanya punya hak bekerja saja. Kalau ini difahami benar, mungkin situasinya akan berbeda, akan ada sebuah keyakinan keberserahan kepada Allah SWT, kalau ditakdirkan jadi akan jadi, kalau tidak jadi ya tidak akan jadi,” tambah Alumni Pesantren Lirboyo ini.

Menurut Kiai Imam, ada masalah teologi, kedua kubu calon Ketum PBNU terjebak pada ideologi mu’tazily. Ada faktor lain yang lebih menentukan yaitu rasionalitas. “Saya kira kita harus meng-clearkan bagaimana kedua kelompok ini bisa ada kesadaran nerima kapanpun muktamar akan digelar mau dimajukan atau dimundurkan oke, toh semuanya sudah ditaqdirkan Allah SWT,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini