TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kemendikbudristek Aris Junaidi mengatakan pihaknya telah meluncurkan gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Program ini diklaim menjadi stimulus untuk penerapan konsep smart campus.
“Lewat program tersebut, mahasiswa dikasih pembelajaran fleksibel, sehingga keberadaan lulusan bermanfaat buat bangsa dan negara. Kampus merdeka memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri melalui berbagai cara,” kata Aris melalui keterangan tertulis, Kamis (2/11/2021).
Perguruan tinggi, kata Aris, saat ini diminta untuk mencapai delapan indikator kinerja utama (IKU) yang mengukur tiga kriteria: kualias lulusan, kualitas dosen, dan kualitas kurikulum.
Pemerintah menggelontorkan dana bantuan bagi perguruan tinggi. Perguruan tinggi perlu menjalin kerja sama dengan industri untuk mendapatkan dana ini.
"Jika industri bisa mem-backup dana hingga Rp500 juta, maka Kemendikbud Ristek akan menambah dananya minimal Rp500 juta. Bahkan bisa menambah sampai tiga kalinya,” kata Aris.
Baca juga: Implementasi Merdeka Belajar dalam Pembelajaran di Kelas
Tahun ini saja, Aris melanjutkan, kementeriannya telah menyediakan anggaran sebesar Rp250 miliar untuk mendukung program tersebut.
Sementara itu, Ketua Program Pascasarjana Institut Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (IPMI) Firdaus Basbeth menjelaskan bahwa pada dasarnya smart campus merupakan upaya bagi perguruan tinggi untuk membuat segala urusan menjadi efisien.
Firdaus mengatakan smart campus memiliki dampak yang baik bagi dosen dan mahasiswa.
“Dengan konsep smart campus, mahasiswa menjadi terbiasa untuk memanfaatkan teknologi dalam berbagai hal, misalnya mengatur pencahayaan ruangan. Itu yang bisa diterapkan mahasiswa di masa mendatang,” kata Firdaus.
Sementara bagi dosen, sistem smart campus juga dapat memudahkan mereka dalam mengolektif data para mahasiswanya.
“Dosen bisa memanfaatkan data analytics untuk tahu sejauh mana objek yang disasar sudah sampai pada mahasiswa,” katanya.
Di Indonesia, Firdaus mengatakan, bahwa banyak perguruan tinggi yang merasa kesulitan dalam upaya penerapan sistem smart campus.
Peneliti Smart Campus Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) Radiant Victor Imbar mengatakan jika perguruan tinggi di Indonesia akan mengalami berbagai macam tantangan dalam menerapkan sistem smart campus.
Tantangan itu antara lain menyangkut integrasi data, skabilitas dan kapasitas data, hingga keandalan sistem informasi yang akan diterapkan.
Baca juga: Kata Rektor soal Menwa UPN Jakarta Didesak Bubar hingga Penjelasan Kejadian Menurut Pihak Kampus
"Dari tantangan-tantangan itu, kalau kita pakai solusi konvensional, maka gap ini akan semakin besar," tutur Radiant.
Kampus cerdas adalah riset pertama APIC, yang menggambarkan berbagai masalah tersebut.
Lewat riset itu pula, Radiant melakukan pengukuran tingkat kecerdasan kampus, kesiapan transformasi digital kampus, dan variabel lain yang menyangkut penerapan sistem smart campus di Indonesia.