Normalnya satu kabupaten itu satu pengurus cabang tapi di beberapa daerah ada dua pengurus cabang, seperti di Kabupaten Rembang ada dua pengurus cabang, di Kabupaten Lamongan, Kabupaten Jember dua.
Baca juga: Tawarkan Strategi Perdamaian Global Model NU, Yahya Cholil Staquf Panen Pujian di IRF Summit
Apa yang membedakan dia dan kabupaten kota lain?
Kalau Rembang itu karena soal historis. Jadi dulu itu sebelum kemerdekaan, yang menjadi pusat pemerintahan itu Lasem. Jadi ini masih jaman hindia belanda nih Lasem, sehingga cabang NU didirikan di Lasem, tapi kemudian sesudah kemerdekaan, ini dialihkan ke Rembang sehingga cabang, dibentuk cabang Rembang.
Untuk alasan historis cabang Lasem dipertahankan, nah sementara yang lain-lain, karena ukuran luas wilayah dan kepadatan penduduk yang memang tinggi, sehingga diperlukan penyesuaian supaya lebih banyak lagi konstituen NU yang diurus.
Jadi nanti ada pengurus dari 34 provinsi, jumlah kabupaten di Indonesia kan ada 514, berarti ada lebih dari itu kira-kira. Ada lagi peserta lain?
Kemudian dari, istilah kita, badan-badan otonom, badan otonom itu adalah organisasi kalo pada zaman orde lama dulu underbow.
Underbow itu lama. Ini badan otonom adalah bagian dari NU, tetap di dalam koordinasi dengan PBNU tapi mereka otonom, mengelola apa namanya, ya urusan-urusan organisasinya masing-masing. Ini kita punya muslimat NU, GP Ansor, Fatayat NU, dan sebagainya.
Dua calon yang menguat adalah Gus Yahya dan ada beberapa kandidat yang mencuat. Apa visi misinya untuk PBNU ke depan?
Saya memang menawarkan diri untuk dipilih sebagai Ketum dalam Muktamar nanti karena saya melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU segera yaitu yang tema besarnya adalah transformasi konstruksi organisasi NU supaya NU ini bisa lebih optimal di dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
NU besar sekali, menurut sejumlah survei orang yang mengaku terus terang sebagai orang NU itu, ada sekitar lebih dari 50 persen populasi penduduk muslim di Indonesia, sehingga NU menyediakan citra kebesaran yang terasa betul.
Jadi pengurus PBNU berwibawa sekali, karena kita punya citra konstituen yang luas, cuma persoalannya kemudian wibawa itu hanya aktual di tingkat PBNU dan di daerah-daerah yang komunitas NUnya tebal tapi di daerah yang komunitas NUnya tipis ini tidak teraktualisasi kebesaran NU ini sehingga masih banyak bahkan sebagian besar karena daerah yang komunitas NUnya tebal itu tidak terlalu banyak juga: Jatim, Jateng, jawa keseluruhannya mungkin.
Sumatra mungkin Lampung, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, tapi di daerah-daerah lain memang komunitas NUnya tipis, sehingga kepengurusan yang ada di sana terbatasi kemampuannya untuk mengaktualisasi kemampuan NU itu sendiri.
Maka saya ingin mengusulkan supaya pelaksanaan program untuk NU ini orientasinya dibalik. Kasarnya dijungkir. Jadi pelaksanaan kegiatan janganlah di pusat, tapi di daerah.
Tugas dari PBNU nanti mencarikan atau membangun program-program untuk dieksekusi di daerah di cabang-cabang. Kalau urusannya ekonomi ekonomi kerakyatan ibaratnya.