Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BNPB melaporkan setidaknya 14 orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021).
Selain itu, banyak korban selamat yang mengalami luka bakar hingga 80 persen
Berkaitan dengan hal itu, Ketua Perhimpunan Bedah Plastik Indonesia dr Najat memberikan penjelasannya.
Ada dugaan belasan korban yang meninggal dunia karena menghirup hawa panas yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Kesulitan bernapas itu membuat kondisi seseorang sangat cepat meninggal.
"Paling cepat mematikan itu karena ada gangguan jalan nafas," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (6/12/2021).
Baca juga: Daftar Korban Gunung Semeru Berhasil Diidentifikasi, Ada 8 Orang, 5 Merupakan Warga Pronojiwo
Kemudian korban juga mengalami luka bakar yang hampir seluruh badan.
Semakin lama seseorang kontak dengan sumber panas maka semakin dalam luka bakar yang dialami.
Kondisi ini membuat pembengkakan di seluruh badan.
Akibatnya terjadi kekurangan cairan dan harus segera ditangani.
"Kondisi kekurangan cairan ini kita sebut sebagai syok, karena pembuluh darah membengkak itu jadi kekurangan cairan," ujarnya.
Sehingga pada kejadian seperti ini pengelolaan tahap awal adalah memberikan oksigen dan cairan.
"Bukan masalah luka-luka bakarnya cairan dan oksigen itu yang dijaga. Kegawatan ini sudah tertangani baru kita masuk ke pengelolaan luka bakar," kata dia.