Situasi seperti ini yang pada akhirnya membuat banyak korban berjatuhan, karena tak bisa menyelamatkan diri.
Hal tersebut diungkap oleh salah seorang pengungsi asal Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.
Pengungsi yang diketahui bernama Lasimin ini menceritakan situasi saat terjadinya erupsi Gunung Semeru.
Sebagaimana diketahui, lokasi tempat tinggal Lasimin merupakan salah satu wilayah yang terdampak parah akibat erupsi gunung berapi ini.
Baca juga: Petugas Bangun 2 Tenda Pengungsian Lagi untuk Tampung Warga Terdampak Luapan Lahar Dingin Semeru
Lasimin menyebut, kabut dari awan panas hasil erupsi sempat membuat jarak penglihatan warga berkurang.
banyaknya korban jiwa bermula karena mereka tidak bisa melihat lokasi sekitar.
"Kabut datang, itu tidak kelihatan (membuat jarak penglihatan berkurang)."
"Orang-orang itu tidak bisa melihat dengan jelas, sehingga para korban berjatuhan karena orang tidak bisa melihat sekitar."
"Itu langsung lahar panas (yang turun ke pemukiaman warga), bukan lahar dingin itu, tapi lava panas," jelas Lasimin.
Sehingga, warga yang panik lantas berhamburan ke luar rumah dan berlarian menyelamatkan diri.
Dengan konsidi terbatasnya jarak pandang, Lasimin pun berlari mengungsikan diri ke rumah sanak saudaranya.
Bersama istrinya, Lasimin pergi ke rumah saudaranya yang berada di dataran lebih tinggi, yakni di Dusun Kebon Agung.
Sementara anak-anaknya telah diungsikan ke tempat yang lebih jauh dan dirasa lebih aman untuk mereka.
Kini, kata Lasimin, rumah saudaranya yang berada di Kebon Agung sudah tidak aman lagi.
Baca juga: Suara Gelegar Petir dari Gunung Semeru Kagetkan Anggota Paspampres Jokowi