News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Cek Penyebaran Covid-19 Varian Omicron melalui GISAID, 57 Negara Telah Terdeteksi Omicron

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi varian Omicron - Cara memantau sebaran Covid-19 Omicron melalui GISAID, 57 Negara mendeteksi penyebaran Omicron. Penelitian tingkat penularan masih terus dilakukan.

TRIBUNNEWS.COM - Covid-19 varian Omicron adalah varian baru yang pertama kali dilaporkan kepada WHO pada pertengahan November 2021.

Para ilmuwan di Afrika Selatan mengkonfirmasi jumlah mutasi yang tinggi dan lebih menular, karena berhasil menghindari pertahanan kekebalan tubuh, dalam laporan pada 25 November 2021, dikutip dari Washington Post.

WHO menetapkan Omicron sebagai Variant of Concern (VOC).

Ancaman varian Omicron secara global membutuhkan cara yang dapat memantau penyebaran varian Omicron.

Saat ini, masyarakat di seluruh dunia dapat memantau perkembangan Omicron di setiap negara melalui laman tracking global gisaid.org.

Baca juga: Pfizer-BioNTech Klaim Suntikan Booster Mampu Menangkal Omicron

Baca juga: WHO Akui Efek Varian Omicron Lebih Rendah dari Virus Covid-19 Varian Delta

Cara Memantau Sebaran Omicron melalui laman GISAID

1. Buka laman www.gisaid.org;

2. Pilih opsi "VOC Omicron GR/484A (B.1.1.529) first detected in.." pada menu bagian kiri;

3. Klik tanda panah ke bawah untuk melihat daftar negara yang sudah melaporkan varian Omicron;

Terdapat beberapa informasi tambahan, yaitu Country Submission Count yang menunjukkan nama negara dan jumlah kasus dengan varian Omicron.

Tabel Most recent submission per country menunjukkan negara yang memperbarui laporan kasus varian Omicron.

Kemudian ada Most recent sample collection per country untuk menghitung sampel yang terkumpul dari berbagai negara.

Laman GISAID juga dilengkapi dengan peta penyebaran varian Omicron di seluruh dunia.

Platform GISAID diluncurkan pada Sidang Kesehatan Dunia ke-61 pada Mei 2008.

Laman ini dibuat sebagai alternatif untuk menyediakan database yang dapat diakses publik untuk meningkatkan melihat berbagai data penyebaran influenza, dikutip dari laman GISAID.

Kini, GISAID menyajikan pembagian data global yang cepat dari semua virus influenza dan virus corona penyebab Covid-19.

Baca juga: Wagub DKI Kembali Tegaskan Varian Omicron Belum Ditemukan di Jakarta

Baca juga: Dosis Ketiga Vaksin Pfizer Diklaim Ampuh Lawan Omicron

Profil genetik Omicron lebih unik dibandingkan dengan varian lain, sehingga Omicron memiliki lebih banyak mutasi, dikutip dari Washington Post.

Direktur Center for Epidemic Response and Innovation di Afrika Selatan, Tulio de Oliveira, mengatakan ada lebih dari 30 mutasi pada protein spike.

Protein Spike adalah bagian dari virus yang mengikat sel manusia, dan memungkinkannya untuk masuk dalam tubuh.

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)

Para ilmuwan khawatir mutasi tersebut dapat membuat Omicron lebih mudah menular, berpotensi dapat menembus kekebalan tubuh, dan membuat vaksin menjadi kurang efektif.

WHO mengatakan, bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang (bagi yang pernah terinfeksi Covid-19) dibandingkan dengan varian lain.

Baca juga: Epidemiolog: Kemunculan Omicron Tegaskan Vaksinasi dan Booster Penting

Baca juga: WHO: Omicron Menyebar di 57 Negara, tapi Masih Terlalu Dini untuk Menyebut Varian Ini Lebih Menular

Tingkat Penularan Dibandingkan Varian Delta Belum Jelas

Sejauh ini, Omicron telah dilaporkan di 57 negara, dan WHO memperkirakan jumlahnya akan terus bertambah, dikutip dari laman PBB.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus, menyoroti “gambaran yang konsisten tentang peningkatan transmisi yang cepat”.

Ia mengatakan tingkat peningkatan infeksi dibandingkan varian lain masih sulit untuk diukur.

Meskipun beberapa data dari Afrika Selatan menunjukkan adanya peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron, namun masih membutuhkan lebih banyak data.

Varian Omicron mungkin juga menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, namun belum ada jawaban pasti.

“Data baru muncul setiap hari, tetapi para ilmuwan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan studi dan menginterpretasikan hasilnya."

"Kita harus berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang tegas sampai kita memiliki gambaran yang lebih lengkap”, jelas Tedros.

Kepala WHO meminta semua negara untuk meningkatkan pengawasan, pengujian dan pengurutan.

Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19, khususnya varian Omicron.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Covid-19 Omicron

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini