News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Soal Kasus Joki Vaksin di Pinrang, dr Tonang: Perlu Data Valid, karena Vaksinasi Ada Tahap Skrining

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdul Rahim (49), pria yang mengaku jadi joki vaksin Covid-19, saat diambil sampel darah dan urin oleh Dinkes Sulsel (kanan).

TRIBUNNEWS.COM - Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian sekaligus Jubir Satgas Covid-19 RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto, memberikan tanggapannya terkait kasus joki vaksin yang terjadi di Pinrang, Sulawesi Selatan.

Diketahui, seorang pria bernama Abdul Rahim (49) asal Pinrang mengaku telah menjadi joki vaksin Covid-19.

Bahkan, Rahim juga mengaku telah disuntik vaksin sebanyak 17 kali.

Baca juga: Viral Joki Vaksin Covid-19 Sudah 16 Kali Disuntik, dr Tirta Ungkap Efek Sampingnya

Menanggapi hal tersebut, dr Tonang mengatakan diperlukan data yang valid untuk membuktikan pengakuan dari Rahim.

Pasalnya, dalam proses vaksinasi selalu ada tahapan skrining data maupun skrining kondisi pasien.

"Itu baru sebatas pengakuan. Kita perlu data lebih valid nggih (ya). Mengingat dalam proses vaksinasi, ada tahapan skrining data maupun skrining kondisi pasien."

"Tentu menjadi pertanyaan bila sampai bisa 16 kali, bahkan katanya pernah tiga kali dalam sehari. Itu dulu yang perlu kita pastikan bila hendak dikomentari," kata dr Tonang kepada Tribunnews.com, Sabtu (25/12/2021).

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto menanggapi penantian masyarakat terkait vaksin virus corona atau Covid-19. (tangkap layar Youtube Tribunnews.com)

Baca juga: Buntut Pengakuan Abdul Rahim Jadi Joki Vaksin: Pengguna Jasa Diperiksa, Proses Vaksinasi Diperketat

Belum Ada Laporan Ilmiah yang Membahas Efek Vaksinasi Melebihi Dosis

dr Tonang mengungkapkan, hingga kini masih belum ada laporan ilmiah yang membahas tentang pemberian vaksin yang melebihi dosis.

Karena dalam uji klinis, dosis yang dicari adalah dosis optimal yang bisa memicu antibodi, serta dosis dengan risiko efek samping yang minimal.

"Dalam laporan-laporan ilmiah, belum ada yang membahas bagaimana bila terjadi pemberian vaksinasi melebihi dosis. Dari uji klinis, yang dicari adalah dosis optimal."

"Yaitu dosis yang mampu memicu antibodi, tetapi sekaligus dengan risiko efek samping dan efek simpang yang minimal," terang dr Tonang.

Baca juga: Sosok Abdul Rahim, Joki Vaksin Covid-19 yang Sudah Terima 17 Suntikan, Kini Diproeses Polisi

Memang secara teori, semakin tinggi dosis suatu vaksin, maka akan semakin kuat vaksin tersebut memicu respons antibodi.

Namun, juga bisa mengakibatkan tingginya risiko dan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini