TRIBUNNEWS.COM - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto optimis tahun 2020 perekonomian Indonesia akan semakin membaik seingga pertumbuhannya bisa mencapai sekitar 5,2 persen. Menurut Airlangga dalam wawancara dengan televisi CNBC Indonesia Senin (27/12/2021), optimisme itu berdasarkan kondisi internal maupun global.
Airlangga mengakui, masyarakat global menghadapi varian baru omicron yang transmisinya lima kali lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Namun, dia melihat, dari tingkat dampak kesehatan, omicron ternyata jauh lebih rendah. Buktinya, tingkat hunian rumah sakit di Amerika Serikat hanya 3 persen.
Meskipun demikian, Indonesia tetap akan menyiapkan bed occupancy ratio (BOR), obat-obatan, dan yang paling utama adalah vaksin ketiga atau vaksin booster. Mengenai vaksin booster, Presiden Joko Widodo sudah memberikan arahan untuk diberikan mulai Janurari 2022.
“Soal vaksin booster ini kita sudah siap tidak hanya dengan vaksin yang kita pakai selama ini melainkan juga memanfatakan vaksin Merah Putih yang diinisiasi Universitas Airlangga dan vaksin Nusantara. Dengan begitu, kesehatan kia akan lebih tangguh,” katanya. Dengan berbagai kesiapan seperti itu, Airlangga optimistis perekonomian akan semakin membaik.
Meskipun demikian, Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mengakui, tantangan ke depan bukan hanya pandemi melainkan juga sejumlah kasus internasional seperti kasus properti Evergrande di China Evan Grande yang terlilit utang di tingkat global sebesar 300 miliar dollar yang akan jatuh tempo di tahun 2022.
“Selain itu, di AS terjadi inflasi tinggi yang menimbulkan kekhawatiran sejumlah negara bahwa AS akan menaikkan tingkat suku bunga yang berdampak pada tapering off yang akan membuat suku bunga global terkerek ke atas,” ujar Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Namun Airlangga bersyukur, tingginya inflasi di AS ternyata tidak dibarengi dengan penaikan tingkat suku bunga. Selain itu, kondisi dalam negeri Indonesia juga membuat kita percaya diri karena memiliki cadangan devisa sebesar 140 miliar dollar dengan neraca perdagangan yang positip.
“Kondisi internal kita mampu meredam berbagai kondisi global. Selain itu, perbankan kita memiliki dana pihak ketiga dalam jumlah besar. Dengan demikian, kita bisa menjaga agar suku bunga tidak naik. Selain itu, kita juga bisa menjaga inflasi tetap rendah, sekitar 1,7 persen,” jelas Airlangga.
Hal lain yang membuat kita optimistis adalah cushion kita di APBN yang mencapai 3 persen, plus minus 1 persen. “Dengan demikian, room kita terhadap inflasi cukup tinggi. Hal ini juga ditopang oleh ketesediaan bahan pangan, terutama beras. Sebab, dalam 2-3 tahun terakhir, kita mampu berswasembada dalam pasokan beras,” katanya.(*)