TRIBUNNEWS.COM - Zifivax merupakan vaksin Covid-19 yang akan digunakan sebagai vaksin booster.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk lima vaksin booster.
Selain Zifivax, vaksin booster yang akan digunakan adalah CoronaVac produksi PT Bio Farma, vaksin Pfizer, vaksin AstraZeneca, dan vaksin Moderna.
"BPOM telah melalui proses evaluasi bersama para tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin (Covid-19) dan telah mendapatkan rekomendasi memenuhi persyaratan yang ada,” ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito, dalam keterangan pers, di Jakarta Pusat, Senin (10/1), dikutip dari laman Kominfo.
Baca juga: BPOM Izinkan Zifivax Jadi Vaksin Booster, Hasil Uji Klinis Diklaim Aman
Mengapa Zifivax jadi vaksin booster?
Zifivax merupakan vaksin yang dikembangkan dan diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical dengan platform rekombinan protein sub-unit.
Vaksin Zifivax digunakan untuk booster heterolog dengan vaksin primer Sinovac dan Sinopharm.
“Titer antibodi netralisasi meningkat lebih dari 30 kali pada subjek yang telah mendapat dosis primer Sinovac atau Sinopharm,” ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito.
Pemberian booster bertujuan meningkatkan kadar antibodi Covid-19 yang telah mengalami penurunan signifikan setelah enam bulan memperoleh vaksin dosis lengkap.
Direktur Pemasaran dan Kemitraan PT JBio, Dokter Chairuddin Yunus mengungkapkan hal tersebut berdasarkan hasil dari penelitian independent yang dilakukan di National Center For Infectious Diseases, Beijing Ditan Hospital, Capital Medical University Beijing.
"Dalam penelitian itu, sebanyak 163 tenaga medis yang telah divaksinasi dengan 2 dosis Inactivated SARS-COV-2 vaccine 4-8 bulan yang lalu diberikan vaksinasi booster berupa vaksin placebo, inactivated dan Sub Unit Rekombinan (Zifivax) kemudian dibandingkan hasilnya dan juga keamanannya," katanya dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Selasa (21/12).
Menurut hasil uji klinis Fase III yang melibatkan 29.000 orang subyek, Zifivax menunjukkan efikasi yang baik terhadap beberapa varian virus SARS CoV-2.
Varian tersebut adalah varian Alfa (92,93%), Gamma (100%), Delta (77,47%), dan Kappa (90,0%). Efikasi vaksin mencapai 81,71% setelah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Sebelumnya, BPOM mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Zifivax pada 10 Oktober 2021, dikutip dari laman Setkab RI.
Pada hasil studi klinik fase 1 dan 2 pada populasi dewasa usia 18–59 tahun menunjukkan respons imunogenisitas pada 14 hari, setelah vaksinasi lengkap.
Respons tertinggi ditunjukkan pada pemberian Zifivax dosis rendah dengan tiga kali vaksinasi.
Hasil pengukuran antibodi netralisasi dengan seroconversion rate dan Geometric Mean Titer (GMT) adalah 83,22 persen dan 102,5.
Sedangkan pengukuran Receptor-Binding Domain (RBD) binding protein antibody dengan seroconversion rate dan GMT adalah 99,31 persen dan 1782,26.
Penyuntikan vaksin Zifivax sebanyak tiga dosis dilakukan karena dua dosis yang diberikan tersebut sebenarnya sudah cukup memberikan perlindungan.
Namun, untuk mendapatkan perlindungan yang lebih baik maka disarankan dengan tiga dosis.
Baca juga: Aturan Pemberian Dosis Vaksin untuk Booster, dari CoronaVac, Pfizer, AstraZeneca hingga Moderna
Kelebihan Vaksin Zifivax
Dikutip dari laman Precision Vaccinations, ZifiVax ZF2001 (ZF-UZ-VAC-2001) adalah vaksin subunit protein yang menggunakan bentuk dimer dari receptor-binding domain (RBD) sebagai antigen, bagian yang tidak berbahaya dari virus SARS-Cov-2.
Berdasarkan EUA BPOM RI, awalnya vaksin Zifivax digunakan untuk indikasi pencegahan Covid-19 yang disebabkan oleh Virus SARS-CoV-2 pada orang berusia 18 tahun ke atas.
Vaksin ini diberikan sebanyak tiga kali suntikan secara intramuskular (IM) dengan interval pemberian satu bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya.
Dosis vaksin yang diberikan pada setiap kali suntikan adalah 25 mcg (0,5 mL).
Berdasarkan analisis pada beberapa rentang usia, efikasi vaksin pada populasi dewasa usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, populasi lansia usia 60 tahun ke atas sebesar 87,58 persen, dan untuk populasi Indonesia secara keseluruhan adalah 79,88 persen.
Baca juga: Lampaui Brazil, Vaksinasi Indonesia Kini Masuk Peringkat 4 Dunia, Tembus Angka 169 Juta Jiwa
Efek Samping Vaksin Zifivax
Dikutip dari lama Precision Vaccinations, dalam uji coba fase 1 dan fase 2, peneliti menemukan vaksinasi dengan dosis ZF2001 25 atau 50 g dan jadwal dua atau tiga dosis dapat ditoleransi dengan baik.
Kemudian, sebagian besar efek samping yang muncul adalah ringan atau sedang.
Efek samping yang paling umum yaitu nyeri di tempat suntikan, kemerahan, dan bengkak.
Selain itu, efek sistemik yang sering terjadi adalah sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot (myalgia), batuk, mual (nausea), dan diare dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2.
Efek samping ini bersifat sementara dan akan sembuh dalam waktu 3-4 hari setelah vaksinasi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti/Imanuel Nicolas Manafe)
Artikel lain terkait Vaksin Zifi vax