News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik Pangdam Jaya, Usman Hamid: Pragmatisme Politik Penyebab DPR Melupakan Kejahatan Itu

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Untung Budiharto saat menjabat Kasdam I/Bukit Barisan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menilai DPR turut berkontribusi atas terulangnya kesalahan pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal tersebut disampaikannya menanggapi polemik pengangkatan eks anggota Tim Mawar Mayjen TNI Untung Budiharto sebagai Pangdam Jaya beberapa waktu lalu.

Kesalahan yang dimaksud Usman adalah pengangkatan perwira-perwira yang terimplikasi kasus HAM untuk menduduki struktur komando.

Ia mencontohkan di era pemerintahan SBY, Untung menjabat sebagai Komandan Yonif 733/Masariku (2004—2005), Komandan Kodim 1504/Ambon (2005—2006), dan Komandan Korem 045/Garuda Jaya (2013—2014).

Menurut Usman, seharusnya DPR mendesak pelaksanaan empat rekomendasi Pansus pada 2009 terkait kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis yang melibatkan Untung Budiharto dan kawan-kawannya.

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid (Tribunnews.com/ Dennis Destryawan)

Rekomendasi tersebut di antaranya, kata Usman, DPR meminta pemerintah mencari kejelasan nasib dan keberadaan mereka yang masih hilang. 

Baca juga: Soal Polemik Pangdam Jaya, KontraS Singgung Pidato Jokowi pada Hari HAM 2021

Kemudian, DPR meminta pemerintah untuk menuntut pelakunya di pengadilan HAM ad hoc. 

Selanjutnya, kata dia, DPR meminta pemerintah memulihkan hak korban. 

Terakhir, kata Usman, DPR juga meminta pemerintah meratifikasi Konvensi Anti Penghilangan Paksa. 

Tidak dipegangnya rekomendasi tersebut, kata Usman, memperlihatkan anggota DPR mengidap "penyakit politik short term memory lost" dan sengaja melupakan kejahatan yang dilakukan Tim Mawar ketika itu.

"Pragmatisme politik adalah faktor utama yang menyebabkan DPR melupakan kejahatan itu. Mayoritas anggota DPR hanya membeo pada pimpinan partainya," kata Usman ketika dihubungi Tribunnews.com pada Senin (10/12/2021).

Pengetahuan yang sebenarnya memadai, lanjut dia, justru hilang seketika karena loyalitas politik kepada elite dan bukan kepada rakyat yang menjadi korban politik kejahatan tersebut.

"DPR menjadi kumpulan orang saja yang membeo pada kekuasaan, bukan lagi kumpulan gagasan politik tentang keadilan," kata Usman.

Menurut Usman seharusnya Komisi I DPR RI bisa bersikap cerdas dan cermat atas pengangkatan Untung. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini