TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) menyoroti tentang elektabilitas ketua umumnya Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024 mendatang.
Inisiator GMPG Sirajuddin Abdul Wahab menyoroti elektabilitas Airlangga Hartarto yang kurang menggembirakan.
Hal ini merujuk dari data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8 persen.
Sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2 persen.
"Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan," ujar Sirajuddin dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis (13/1/2022).
Karena itu, Sirajuddin menuturkan elektabilitas Airlangga Hartarto ini berdampak secara sistematik dan epistemik terhadap citra Partai Golkar.
Baca juga: Elektabilitas Dedi Mulyadi Kalahkan Airlangga Versi Lembaga Survei, Ini Kata Partai Golkar
Padahal struktur partai dan anggota DPR dari Golkar sudah menebar baliho.
"Namun tidak memberi dampak signifikan," katanya.
Sirajuddin menuturkan, kondisi ini telah mendevaluasi eksistensi partai di tengah kompetisi elektorasi antar partai, dan Golkar tidak kuat lagi sebagai partai yang terus melahirkan pemimpin-pemimpin muda.
"Tidak lagi melahirkan pemimpin muda, pemimpin daerah yang inovatif, melayani rakyat dan selalu mendengarkan aspirasi dari bawah, melainkan hanya cenderung sebagai alat legitimasi para segelintir penguasa," ungkapnya.
Sirajuddin menilai mesin Partai Golkar saat ini tidak berjalan maksimal dan tidak dikelola dengan benar.
Ini diperparah dengan proses pembagian dan kerja bidang-bidang yang tidak sesuai dengan tupoksi yang profesional.
"Hal ini mengakibatkan absennya penyelenggaraan program kerakyatan Partai Golkar di masyarakat, padahal itu merupakan bagian langkah memperbaiki citra partai di mata publik," tuturnya.
Sirajuddin mengatakan imbauan Ketua Dewan Pakar dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar di akhir tahun 2021 yang meminta kepada kader untuk menjaga soliditas, persatuan dan kesatuan serta membangun sinergitas, telah mengisyaratkan kondisi partai saat ini dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Isyarat ini merupakan sinyal bahwa secara internal partai dalam kondisi rentan perpecahan dan konflik, sebab polarisasi masih tetap ada walaupun tidak mengemuka," pungkasnya.