Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan dalam konferensi pers virtual Evaluasi PPKM yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (16/1/2022).
"Sampai sekarang sudah lebih dari 500 orang yang terkena Omicron yang dirawat di rumah sakit dan yang pulang 300-an orang," kata Menkes Budi.
Dari 500 orang tersebut, Menkes Budi menyebut hanya ada tiga orang yang membutuhkan bantuan oksigen.
Itu pun masuk kategori ringan, sehingga tidak perlu sampai menggunakan ventilator.
"(Ketiganya menggunakan bantuan) oksigen yang biasa yang dipasang di mulut, tidak dimasukkan ke dalam (tubuh)."
"Dan dari tiga orang yang diberikan oksigen, dua di antaranya sudah sembuh dan boleh pulang."
"Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi jumlah kasusnya akan lebih banyak dan naiknya cepat, tapi hospitalisasi rendah," sambung Menkes Budi.
Baca juga: Model 18 Tahun asal Brasil Meninggal akibat Covid-19, Awalnya Sehat dan Sudah Divaksin
Hal serupa juga terjadi di beberapa negara yang sudah mengalami puncak dari kasus Omicron.
Meskipun puncak kasus tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, tapi banyak pula angka kesembuhan yang dicatat.
Waktunya Omicron dari mulai teridentifikasi hingga akhirnya mengalami puncak berkisar antara 35 sampai 65 hari.
Di negara-negara tersebut, hospitalisasinya antara 30% sampai 40% dari hospitalisasi Delta.
"Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi jumlah kasusnya akan lebih banyak dan naiknya cepat, tapi hospitalisasi rendah."
"Jadi tergantung kita melihatnya dari mana, Indonesia pertama kali kita teridentifikasi adalah pertengahan Desember, tapi kasus kita mulainya di awal Januari."
Baca juga: Kemenkes: Lebih dari 1,4 Juta Warga Indonesia Telah Mendapatkan Suntikan Vaksin Booster Covid-19
"Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat," sambung Menkes.