TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konferensi Para Pihak terkait Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties (COP26) mendesak negara-negara, termasuk Indonesia, untuk memenuhi komitmen yang dibuat dalam Pakta Iklim Glasgow yang bersejarah.
Presiden COP26 Alok Sharma pada pidatonya di Chatham House mengatakan Pakta Iklim Glasgow tidak akan ada artinya kecuali negara-negara memenuhi janji mereka.
“Tidak ada keraguan bahwa komitmen yang kami tetapkan di COP26 sangat bersejarah. Namun saat ini komitmen tersebut hanya tertuang dalam kata-kata di sebuah halaman,” ujarnya dalam pidatonya.
“Jika kita tidak menghormati janji yang dibuat, untuk mengubah komitmen dalam Pakta Iklim Glasgow menjadi tindakan, maka kata-kata ini tidak akan ada artinya. Kita tidak akan mengurangi risiko. Tidak akan menangkap peluang. Kita akan mematahkan kepercayaan yang telah dibangun antar negara. Dan tujuan menjaga suhu rata-rata 1,5 derajat akan terlepas dari genggaman kita,” lanjut Sharma.
Komitmen Inggris yang memegang Kepresidenan COP26 soal perubahan iklim kembali ditegaskan Kedutaan Inggris di Indonesia.
Baca juga: COP26 Hasilkan Kesepakatan Glasgow Climate Pact dan Paris Rule Book
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, Jumat (28/1/2022), mengatakan Inggris akan terus mempromosikan aksi perubahan iklim di seluruh dunia, termasuk dengan Indonesia.
Menurutnya Indonesia sebagai Presiden G20 memiliki peran penting dalam mendorong negara-negara untuk mewujudkan apa yang mereka janjikan di Glasgow.
“Dalam pidatonya, Presiden COP26 mengatakan bahwa G20 adalah prioritas pribadinya, karena negara-negara anggota G20 bertanggung jawab atas 80 persen emisi global,” kata Jenkins.
Menurutnya, seharusnya tidak sulit bagi Indonesia untuk membujuk negara-negara untuk segera bertindak.
Karena risiko kelambanan tindakan lebih jelas dari sebelumnya, dengan perubahan iklim yang mengancam kerawanan pangan dan air, peningkatan cuaca ekstrem, hilangnya nyawa, mata pencaharian dan infrastruktur.
“Semua ini cenderung menciptakan keresahan. Setiap negara akan terkena dampaknya dan tidak ada yang terhindar dari masalah ini,” ujarnya.
“Indonesia memiliki potensi besar dan peluang untuk bergerak lebih jauh dan lebih cepat. Kami ingin bekerja dengan Indonesia untuk mendukung dan mengakui ambisinya,” tutup Jenkins.