TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Selain digunakan sebagai vaksin booster dan vaksinasi anak usia 3-6 tahun, vaksin Merah Putih hasil riset peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Biotis Pharmaceuticals juga akan disiapkan sebagai vaksin donasi internasional.
Vaksin itu akan didonasikan kepada negara-negara yang membutuhkan vaksin.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri seremoni Uji Klinis Vaksin Merah Putih secara daring.
"Ini (vaksin Merah Putih) nanti akan digunakan sebagai vaksin donasi internasional dari pemerintah Indonesia," kata Budi, Rabu (9/2/2022).
Budi menyebut rencana itu sudah disetujui Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Presiden bahkan akan membawa vaksin karya anak bangsa itu ke perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang berlangsung hingga November 2022 di Bali.
"Pak Presiden sudah setuju untuk vaksin Merah Putih menjadi donasi internasional. Pak Presiden akan ikut G20. Walau kita belum negara maju, tapi tidak banyak negara yang bukan negara maju yang bisa donasi vaksinnya," kata Budi.
Ia kemudian memaparkan negara-negara yang diproyeksikan mendapat donasi vaksin Merah Putih. Di antaranya adalah negara-negara di Afrika.
Budi menyebut negara-negara di Afrika masih membutuhkan banyak bantuan vaksin lantaran banyak donasi vaksin jenis Moderna dan Pfizer tidak bisa didonasikan ke sana.
Hal itu karena vaksin Moderna dan Pfizer membutuhkan logistik dengan suhu dingin sampai -25 derajat.
"Kita melihat pergerakan vaksin di negara Afrika itu agak lambat, karena banyak donasi vaksin itu dalam bentuk Moderna dan Pfizer yang membutuhkan logistik dengan suhu dingin sampai -25 derajat. Dan kebetulan kita negara muslim, Afrika juga banyak negara muslim, mungkin itu bisa membantu," ungkapnya.
Budi menuturkan, jika segala proses uji klinis telah selesai dilakukan dan vaksin siap diproduksi, Pemerintah Indonesia akan membeli vaksin buatan anak bangsa ini untuk donasi.
Baca juga: Menkes: Vaksin Merah Putih Akan Dialokasikan untuk Booster dan Vaksin Anak
"Dengan demikian ini bukan dipakai secara lokal tapi juga internasional. Pemerintah yang akan membeli vaksinnya untuk donasi ini," tuturnya.
Untuk itu, Budi meminta kepada tim peneliti dan juga PT Biotis agar segera mungkin melakukan proses registrasi ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta melakukan publikasi riset sebanyak mungkin.
"Agar kita bisa menggunakan vaksin ini sebagai donasi, kita harus pastikan vaksin kita di kelas internasional. Kami di pusat akan membantu dan kami meminta bantuan Unair dan Biotis untuk melakukan publikasi risetnya sebanyak mungkin."
"Karena vaksin yang bisa masuk ke emergency use list (EUL) adalah vaksin yang memang hasil kajian atau riset internasional cukup, sehingga transparan dan bisa diamati peneliti internasional. Ini juga akan membuat nama Unair semakin dikenal di internasional," ujarnya.
Rektor Unair Mohammad Nasih menambahkan donasi vaksin Merah Putih ke negara-negara yang membutuhkan itu adalah merupakan inisiatif Presiden Jokowi.
"Ini inisiatif Pak Presiden, dan kedermawanan kita semua, bahwa di dunia ini kalau ada 1-2 negara saja yang tidak melakukan hal yang sama, akibatnya ke seluruh dunia,” kata Nasih.
"Misalnya Afrika Selatan belum, Namibia, Nigeria belum, itu kan mereka nggak bergerak di sana. Pemain sepak bolanya ada di mana-mana. Atas inisiatif itu, Pak Presiden punya keinginan untuk mendonasikan, khususnya untuk negara-negara Afrika yang tingkat vaksinasinya masih sangat-sangat rendah. Bukan hanya teknis tapi juga keyakinan, karena khawatir halal dan lain-lain," ujarnya.(tribun network/fat/kps/dod)