Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mengungkapkan renggangnya relasi sosial antarwarga di wilayah Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sudah turun hingga ke anak-anak.
Hal tersebut menyusul terjadinya kericuhan di desa tersebut, Selasa (8/2/2022).
Menurut Beka, meski konflik sosial antarwarga berupa kekerasan sangat kecil kemungkina, tetapi renggangnya relasi sosial antarwarga telah terjadi di Wadas.
Ia mencontohkan apabila ada warga pro tambang akan menggelar hajatan maka warga yang kontra tidak akan datang dan hal tersebut terjadi pula sebaliknya.
"Pun demikian dengan trauma sama anak-anak juga jadi korban bully. Ini sudah bukan milik orang dewasa saja soal tadi relasi sosial ini. Tapi juga sudah turun ke anak-anaknya," kata Beka dalam sebuah diskusi secara daring di Instagram, Selasa (15/2/2022).
Baca juga: Gus Muwafiq Puji Ganjar Tangani Desa Wadas: Bentuk Tanggung Jawab Pemimpin, Tidak Cuci Tangan
Berdasarkan temuannya, kata dia, ada seorang anak kelas 1 SD yang orangtuanya merupakan warga yang pro tambang dirundung anak-anak yang kontra terhadap tambang.
Ia pun mengatakan bahwa layanan pendidikan di pendidikan di Desa Wadas juga terganggu akibat pro kontra di masyarakat tersebut.
"Anak-anak misalnya yang pro, ada anak kelas 1 SD kebetulan bapaknya itu mendukung tambang, terus diejek-ejek sama anaknya yang kontra misalnya. Saya kira ini jadi keprihatinan kita bersama dan itu harus segera dipecahkan dengan berbagai strategi supaya pemulihan trauma relasi sosialnya menjadi semakin baik," kata Beka.
Baca juga: Ganjar Minta Semua Pihak Melakukan Evaluasi Terkait Cara Pendekatan dan Membuka Ruang Dialog
Diberitakan sebelumnya Komnas HAM RI menerjunkan tim ke Desa Wadas guna menggali keterangan dan mencari fakta peristiwa kericuhan yang terjadi pada Selasa (8/2/2022) lalu.
Beka mengatakan dari upaya turun ke lapangan tersebut, tim Komnas HAM menemukan sejumlah fakta di antaranya adalah adanya kekerasan aparat kepolisian dalam peristiwa tersebut.
"Menemukan fakta adanya kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian dalam pengamanan pengukuran lahan warga yang sudah setuju," kata Beka dalam keterangan tertulis pada Sabtu (12/2/2022).
Baca juga: Prokontra Tambang Batu Andesit, Hubungan Sosial Warga Wadas Renggang
Selain itu, Beka dan tim juga endapati informasi beberapa warga belum pulang ke rumah masing-masing karena masih merasa ketakutan.
Beka mengatakan dari insiden tersebut banyak warga dewasa dan anak mengalami trauma.
"(Tim) mendapati fakta terjadi kerenggangan hubungan sosial kemasyarakatan antar warga yang setuju dan menolak penambangan batuan andesit," kata Beka.