TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyebut akan menaikkan harga jual produknya.
Menaikkan harga jual itu akan dilakukan setelah beberapa pengrajin tempe tahu melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifudin mengatakan, aksi mogok kerja para pengrajin tahu resmi dimulai hari ini untuk tiga hari ke depan.
Namun sebagian produsen tempe sudah tidak produksi sejak kemarin.
"Kalau dijumlah (yang mogok) saya tidak tahu yang jelas banyak, hampir setiap daerah, seluruh Jawa. Tapi ada yang tetap produksi juga karena saya tidak setuju mogok, ini keinginan anggota dan saya tidak larang (mogok)," papar Aip saat dihubungi, Senin (21/2/2022).
Menurutnya, setelah adanya aksi mogok produksi karena harga kedelai sudah Rp 11.500 per kilo, maka harga tempe dan tahu ke depannya akan naik.
"Naik 10 persen sampai 20 persen. Kalau ukuran telapak tangan itu 500 gram bungkus daun pisang Rp 5 ribu, jadinya nanti Rp 6 ribu," paparnya.
Atas kelangkaan tempe dan tahu saat ini, Aip pun meminta maaf kepada masyarakat karena terpaksa seiring melonjaknya harga kedelai.
"Saya minta maaf ke masyarakat atas kelangkaan tempe dan tahu, karena mogok ini terpaksa, karena keinginan anggota dan harga kedelai naik," tuturnya.
Tak Hanya di Jabodetabek
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyatakan naiknya harga kedelai membuat para pedagang sudah tidak kuat menjajakan tahu dan tempe dampak harga kedelai yang terus meningkat.
Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri menerangkan, hampir seluruh pasar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi hingga di Pulau Jawa tak menjual tempe tahu pada hari ini.
"Tidak hanya di Jabodetabek tapi Jawa keseluruhan mulai berhenti berjualan," ujar Abdullah saat dihubungi, Senin (21/2/2022).
Diketahui harga kedelai impor Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh masalah El Nina di kawasan Amerika Selatan. Pemerintah menyatakan harga kedelai per gantang yang semula US$12 dolar naik menjadi US$18 per gantang ini juga dipicu oleh kebutuhan besar pakan ternak babi di China. Sebanyak lima babi baru di China diberi pakan kedelai.
"Tingginya harga kedelai memang menjadi persoalan utama ya dengan alasan bahwa China memiliki kebutuhan cukup besar sehingga kita, seperti negara-negara maju tidak menjadi hitungan. Ini yang membuat harga tinggi," kata Abdullah.