"Berkali-kali kalau saya lihat, Bung Karno dan Bung Hatta itu kembali lagi, kembali lagi kepada tokoh yang namanya dokter Soeharto. Oleh karena saya perhatikan, apa pun tugas yang diberikan kepada beliau, tidak pernah ngeluh, dilaksanakan. Dilaksanakan dengan baik. Bayangkan, ketika saya membaca apa yang harus beliau lakukan di Adminsitrasi Militer Pusat itu, mengatur BKR dan Laskar yang ribuan, yang susah dikendalikan itu, di Yogya, di situ ada Panglima Sudirman, ada tokoh-tokoh seperti Oerip Soemohardjo, jenderal seperti Nasution, Simatupang, tetapi pada akhirnya administator ini, saya baca, sangat menentukan. Pantas beliau ini dibawa terus oleh Bung Karno," kata dia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menceritakan setelah dirinya menerima perwakilan keluarga dokter Soeharto dan dipaparkan sepak terjang dan perjuangannya selama hidup, sangat bisa disimpulkan bahwa pendiri Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu layak mendapat gelar pahlawan nasional. Ganjar mengatakan hanya perlu memenuhi persyaratan administrasi saja untuk mewujudkannya.
"Dia tentara, pernah jadi menteri. Talenta beliau luar biasa. Mudah-mudahan seminar ini makin bisa mengungkap ceritanya. Beliau sangat layak, perannya luar biasa, tidak diragukan lagi," kata Gubernur Jawa Tengah.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bidang Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan, Restorasi Sosial Kemensos Murhardjani memaparkan prosedur dan mekanisme pengusulan calon pahlawan nasional.
Dia mengapresiasi keluarga dokter Soeharto yang telah dengan baik mempersiapkan berbagai dokumen pendukung untuk pemenuhan persyaratan administrasi termasuk proses yang sedang berlangsung di Kantor Dinas Sosial dan Kantor Pemprov Jawa Tengah.
"Semoga usulan nanti bisa memenuhi syarat termasuk berbagai dokumen perjuangan dan beliau sosok yang layak mendapat gelar pahlawan nasional," ucapnya.
Muhardjani menceritakan batas akhir penerimaan usul pemberian gelar nasional pada akhir Maret 2022.
Sampai saat ini Indonesia memiliki pahlawan nasional sejumlah 195 dari berbagai provinsi dan hanya Provinsi Kaltara yang belum terwakili.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Sejarah UGM Prof Djoko Suryo mengatakan dr Soeharto merupakan saksi sekaligus pelaku sejarah.
Djoko juga menganggap jasa-jasa dr Soeharto sangat besar bagi Indonesia.
Selama para narasumber memaparkan materi, Djoko mendengar sebuah kisah yang sangat penting terutama bagi penyusunan sejarah Indonesia sebagai bangsa yang besar.
"Uraian pengungkapan data dr Soeharto ini telah bisa melengkapi dan menyempurnakan sejarah Indonesia yang selama ini dalam penyusunannya belum sempurna," kata dia.