TRIBUNBENGKULU.COM, BENGKULU - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan peraturan batasan pengeras suara di masjid bukanlah aturan baru yang dikeluarkan Kementerian Agama RI, dan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan.
"Sebenarnya aturan itu kan bukan baru. Aturan pengaturan tentang pengeras di masjid itu sudah lama dikeluarkan oleh Kementerian Agama," ujar Rohidin kepada TribunBengkulu.com, Senin (28/2/2022).
Terkait aturan tersebut, lanjut Rohidin, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Selain itu, disesuaikan dengan kebutuhan.
"Ketika adzan memang diperlukan untuk memanggil masyarakat, supaya tau waktu adzan tiba. Itu yang terpenting," jelasnya.
Maka dari itu, masjid dijadikan pusat kegiatan keIslaman, dan ibadah. Sehingga panggilan salat harus dikumandangkan adzan. Itu paling utama, kata Rohidin.
Baca juga: Ketua MUI Pariaman Tanggapi SE Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala
Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Kota Bengkulu, Zainal Abidin mengatakan, Surat Edaran Nomor 5 tahun 2022 terkait pengeras suara di masjid, bukan tidak memperbolehkan tapi diatur.
Baca juga: Menko PMK: Masjid Boleh Pakai Pengeras Suara Asal yang Wajar
Baca juga: Kemenag: Menag Tak Bandingkan Suara Azan dengan Suara Anjing
"Kita bisa bayangkan, kalau di Bengkulu waktu salat subuh pukul 05.03 WIB. Pukul 04.30 WIB dan 04.00 WIB, tape di masjid sudah hidup, mungkin orang lagi salat tahajud, orang masih tidur. Jadi orang lain tidak nyaman," ujar Zainal kepada TribunBengkulu.com.
Zainal menambahkan, SE itu bukan melarang. Boleh saja menghidupkan tape recorder di masjid. Seperti mengaji silahkan dibunyikan, dengan diberikan durasi waktu.
"Misal, sebelum salat Subuh, boleh dihidupkan tape 10 menit. Memberi tahu bahwa sebentar lagi akan salat," ungkap Zainal. (TribunBengkulu.com/Achmad Fadian)
Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Kata Gubernur Rohidin soal Aturan Batasan Pengeras Suara di Masjid: Disesuaikan Situasi dan Kondisi