Kemenangan suku Saka menjadi awal peringatan pergantian tahun Saka. Hal ini dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.
Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka.
Tahun Saka memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa.
Hal ini juga bersamaan dengan bulan Maret tahun Masehi dan Sasih Kesanga dalam tahun Jawa dan Bali di Indonesia.
Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat, dan beragama di India ditata ulang.
Hari Kebangkitan
Peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian, sekaligus hari kerukunan nasional.
Keberhasilan ini disebar-luaskan ke seluruh daratan India dan Asia lainnya, bahkan sampai ke Indonesia.
Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di Jawa di Desa Waru Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 456 Masehi.
Kala itu, pengaruh Hindu di Nusantara telah berumur 4,5 abad.
Di sanalah disebarkan Tahun Baru Saka ini.
Di Indonesia, pergantian Tahun Baru Saka itu kemudian diperingati sebagai Hari Raya Nyepi.
Tradisi Hari Raya Nyepi
Selama Nyepi, umat Hindu melakukan rangkaian acara yang terdiri dari: