News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penangkapan Terduga Teroris

Tak Yakin Sunardi Terlibat Kasus Terorisme, Keluarga Minta Maaf Jika Sang Dokter Berbuat Kesalahan

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah teroris Dokter S tiba di rumah duka Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kamis (10/3/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perwakilan keluarga terduga teroris Sunardi (54) yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror mengatakan, jika sang dokter tewas dengan dua luka tembak.

Endro Sudarsono, perwakilan keluarga yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta, mengatakan, pihak keluarga masih tak mempercayai pernyataan kepolisian bahwa Sunardi yang merupakan warga Kabupaten Sukoharjo terlibat kasus terorisme.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau pak S itu terlibat kasus terorisme," terang Endro di rumah duka.

Selain itu, keluarga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat Sunardi meninggal.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati," terang dia.

"Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan, bukan mematikan" jelasnya.

Tindakan kekerasan yang dimaksud Endro adalah dua luka tembak yang dialami Sunardi. Juga fakta bahwa mobil yang dikemudikan Sunardi mengalami oleng.

"Kemudian mobil oleng, apakah kemudian olengnya itu kemudian dalam keadaan tidak sadar atau sebuah perlawanan kita tidak tahu," kata dia.

Lebih lanjut Endro menyampaikan pihak keluarga meminta maaf jika selama hidupnya Sunardi melakukan kesalahan.

Dia juga meminta jika ada tanggungan sesuatu terkait Sunardi untuk segera menghubungi pihak keluarga.

Terkait kekecewaanya, keluarga masih belum akan menempuh jalur hukum karena masih berkabung dan fokus memakamkan Sunardi.

Baca juga: Polri Ungkap Alasan Densus 88 Menembak Mati Terduga Teroris Dokter Sunardi

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga, tak etis masih
berkabung," jelas dia.

IDI Prihatin

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo membenarkan bila dokter Sunardi (54), terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 di Sukoharjo, adalah seorang dokter yang tercatat dalam keanggotaan IDI.

Ketua IDI Sukoharjo dr Arif Budi Satria membenarkan bahwa terduga teroris Sunardi selama ini berprofesi sebagai dokter dan praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sunardi ditangkap Densus 88 saat mengendarai mobil di Kecamatan Bendosari, Rabu (9/3/2022) malam.

"Betul, beliau dokter umum masih aktif," kata Arif, Jumat (11/3/2022).

"Beliau berpraktik untuk sosial, banyak yang digratiskan oleh beliau," lanjut Arif.

Meski membenarkan profesi Sunardi adalah dokter, Arif mengaku tak mengenal sosoknya secara personal. Dirinya mengatakan jarang bertemu dengan Sunardi yang juga anggota IDI Sukoharjo.

"Kami jarang ketemu, tetapi sebagai sesama anggota IDI tentu tahu, karena beliau kan kalau mengurus surat izin praktik ke kami," ujar Arif.

"Sebagai pengurus, administrasi dan lain-lain harus tahu, nomor anggota induknya berapa, habis surat izin praktik kapan. Kalau sebagai personal, tidak, kenal dekat tidak," tambah Arif.

Di sisi lain, Arif mengatakan prihatin karena dalam kasus ini profesi dokter terlalu disorot.

Menurutnya kegiatan seseorang tidak bisa disangkutpautkan atau dipandang dengan fokus kepada profesi.

Hanya saja, pihak IDI Sukoharjo turut berbelasungkawa karena salah satu rekan sejawatnya tewas.

"Kami prihatin karena yang diblow up dokternya, padahal mengenai kegiatan perilaku masing-masing kan bukan berbasis profesi, tapi lebih ke pribadi. Jadi kami prihatin," jelas dia.

Dari beberapa kali konfirmasi kepada pihak kepolisian dan beberapa kali pula kepolisian menghubungi, Arif mengatakan hingga saat ini status Sunardi masih terduga teroris dan bukannya teroris.

Namun demikian, Arif enggan mengomentari lebih jauh terkait kasus yang menjerat Sunardi, karena merasa bukan ranahnya berkomentar.

"Ini masih terduga sebenarnya beliau, tapi dalam proses penegakannya terjadi tindakan keras yang sampai
menimbulkan kematian pada beliau. Ya kita tunggu saja proses hukumnya beliau," katanya.

"Tapi kami karena tidak mengenal secara personal dan tidak tahu kasusnya seperti apa ya tidak bisa berkomentar mengenai kasusnya, hanya bisa berharap ini selesai dengan baik," pungkasnya.

Praktik di Rumah

Rumah dokter Sunardi berada di Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo.

Pantauan Tribun saat mendatangi rumahnya terlihat sepi dan tidak ada aktivitas.

Rumah yang berada di pinggir jalan itu memiliki pagar berkelir putih dengan banyak bunga dan tanaman hias di depan pagarnya.

Di teras rumahnya yang cukup luas itu terparkir sebuah sepeda motor jenis bebek.

Baca juga: Dokter Tersangka Terorisme di Sukoharjo Tewas Ditembak Densus 88, Sempat Tabrak Pagar untuk Kabur

Kemudian terdapat bangku panjang warna putih yang diletakkan di samping barat pintu utama rumah.

Pada bagian jendela, tertempel sebuah plakat bertuliskan dokter Sunardi di bawahnya tercantum jam praktik dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00 WIB.

Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembakan itu rumahnya sepi. Adapun Sunardi menurut dia berprofesi sebagai dokter.

"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang.

Sepanjang membuka praktik medis, Bambang tak pernah menyaksikan kediaman sang dokter ramai.

"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.

Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang sosok Sunardi dikenal sebagai antisosial. Dirinya tidak pernah bersosialisasi dengan para warga setempat.

"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya heran.

Alasan Sunardi tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang. Dirinya juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan.

Bahkan, Bambang menyebut Sunardi tak pernah membayar iuran warga yang hanya berjumlah Rp 25.000 per bulan.

"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak Sunardi itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp25.000 per bulan," katanya.

Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan Sunardi.

Sosok dokter yang disebutnya bertubuh agak gempal itu memang sudah dikenal di kampung tidak pernah beraktivitas apa-apa.

Sunardi juga dikatakan Bambang berjalan menggunakan tongkat bantu, karena kakinya pernah mengalami kecelakaan. Hanya beberapa kali Bambang pernah berpapasan dengan Sunardi menunaikan ibadah salat.

Namun sekali lagi Bambang menegaskan tak pernah ada tutur kata atau obrolan terucap dari mulut Sunardi kepadanya.
"Biasanya kalau saya ketemu itu pas maghrib sama isya. Itu saja kadang tidak ketemu, ya tidak rutin, ya cuma pernah salat disitu," jelas dia.

Suasana Menegangkan

Detik-detik penangkapan terduga teroris di Kabupaten Sukoharjo hingga mobilnya menabrak pagar rumah menegangkan.

Pemilik rumah yang tembok rumahnya ditabrak mobil terduga teroris Sunardi, Dwi Puji (35) terkejut saat pulang kediamannya di Jalan Bekonang-Sukoharjo, Dukuh Cendono, Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari sudah porak poranda.

Dwi mendapati ada sebuah mobil jenis minibus yang menabrak tembok depan pagar rumahnya.

Kondisi bagian depan mobil itu disebut Dwi rusak berkeping-keping.

"Saya pulang pukul 21.15 WIB, di depan rumah sudah ada Mitsubishi Strada silver nabrak, ringsek depannya," ujar Dwi.

Tak jauh, di depannya terlihat sebuah mobil Toyota Innova hitam yang dikendarai Tim Densus 88 Antiteror.

Dwi mengaku saat itu tak ada pergerakan pula dari dalam mobil terduga teroris.

Baca juga: Lembaga Kemanusiaan yang Dipimpin Dokter Sunardi Diduga Terafiliasi Teroris Jamaah Islamiah

Hanya ada orang yang kemudian mendatanginya mengabarkan jika mereka adalah polisi, dan Dwi diminta untuk segera masuk ke rumah.

Akhirnya karena pagar bagian utara rumahnya tertutup mobil minibus, Dwi memarkirkan mobilnya dan membuka pagar di bagian selatan.

Saat itu kondisinya menegangkan, karena bagian depan rumahnya rusak.

Informasi yang dihimpun dirinya, mobil terduga teroris oleng dan tabrak tembok rumahnya hingga rusak usai tertembak.

"Pokoknya ada orang datang, bilang polisi, nyuruh saya masuk, saya terus parkir di sana (selatan)," katanya.

"Kejadiannya cepat itu, terus Innova sama Strada-nya dimundurkan terus langsung pergi," tambahnya.

Dwi bersama suami tak menyaksikan kejadian dimana mobil Sunardi menabrak tembok depan pagar rumahnya.

Hanya saja, kata dia, sang anak bersama kedua orang tuanya berada di rumah, mereka sudah terlelap tidur di bagian belakang rumah.

"Yang dengar anak saya, tahunya ya tabrakan, tapi nggak keluar dari rumah, wong pada tidur di belakang," pungkasnya.

Sesuai Prosedur

Polri menegaskan tindakan Densus 88 Antiteror terhadap tersangka kasus dugaan terorisme dokter Sunardi sudah sesuai prosedur. Sunardi diketahui merupakan terduga teroris Jamaah Islamiah (JI).

Kabar ini pun sempat jadi sorotan karena Sunardi merupakan seorang dokter di lembaga kemanusiaan diduga mengalami stroke sejak lama.

Penyakit yang diderita Sunardi inilah yang mengundang spekulasi bahwa tersangka tak mungkin melakukan perlawanan.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyebut keputusan petugas melumpuhkan terduga terorisme itu sudah sesuai prosedur.

"Tindakan yang dilakukan oleh anggota kepolisian dalam hal ini Densus sudah sesuai dengan prosedur," jelas Brigjen Pol Ahmad Ramadhan.

Lebih lanjut, Ramadhan mengatakan tersangka dilumpuhkan karena mencoba melawan tim Densus 88 Antiteror Polri.
"Pada saat penangkapan, petugas mencoba menghentikan kendaraan tersangka dan petugas sudah memperkenalkan diri serta menyatakan maksud dan tujuan. Namun mengetahui mobilnya dihentikan petugas, tersangka melakukan perlawanan dengan sangat agresif dengan menabrakkan mobil ke arah petugas," terangnya.

Kemudian, kata Ramadhan, petugas mencoba naik ke bak belakang mobil Dokter Sunardi. Saat itu, petugas kembali memperingatkan agar tersangka berhenti.

"Petugas coba naik di bak belakang di mobil double kabin milik tersangka SU dengan maksud untuk kembali mencoba memberikan peringatan agar tersangka menghentikan laju mobil tersangka, namun tersangka tetap menjalankan mobilnya dan melaju dengan kencang serta menggoyang setir ke kiri kanan atau zig zag yang tujuannya menjatuhkan petugas," tuturnya.

Ramadhan menyebut laju kendaraan Dokter Sunardi terhenti saat menabrak kendaraan milik masyarakat. Hingga akhirnya, pelaku ditembak oleh tim Densus 88 Antiteror Polri.

"Tersangka juga menabrak kendaraan roda empat dan roda dua milik masyarakat yang sedang melintas, petugas mengambil tindakan tegas dan terukur kepada tersangka SU," ungkap Ramadhan.

Ia pun menjelaskan soal penindakan tegas terhadap tersangka yang mencoba melawan petugas diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

Selain itu, diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan Kepolisian.

"Yaitu melakukan tindakan tegas terukur dengan alasan karena tindakan tersangka sudah membahayakan atau mengancam keselamatan jiwa masyarakat dan petugas Polri dan tindakan ini juga sudah sesuai peraturan Kapolri Nomor 8 tahun 2009 tentang implementasi prinsip dan standar HAM dalam penyelenggaran tugas Polri," pungkasnya.(Tribun Network/dit/igm/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini