TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat luar biasa dan sangat mungkin mampu memenuhi kebutuhan protein hewani.
Subsektor peternakan merupakan salah satu sektor yang menopang konsumsi masyarakat, terutama untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Karena itulah, Pengurus Besar Perkumpulan Sarjana Peternakan dan Insinyur Peternakan Indonesia (PB ISPI) mengambil peran tersebut dengan menggelar Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional, yang berlangsung secara Hybrid di Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta, Jakarta Utara, dan melalui aplikasi Zoom Sabtu, (26/3/2022).
Seminar dengan tema ‘Trik Ampuh Tingkatkan Hulu Hilir Peternakan Indonesia Masa Kini’ dihadiri oleh para ahli di bidang peternakan.
Diantaranya Prof. Risfaheri selaku Plt. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, Ir. Tumiyono MBA selaku CEO Widodo Makmur Perkasa, Direktur Berdikari, Harry Warganegara, Ir. Djoni Liano M.Sc, Gapuspindo, Ir Bagus Pekik selaku Head Of Poultry Value Chain, dan Xabier Alde Ugalde selaku Managing Director H&N.
Acara Seminar Nasional dibuka dengan sambutan dari Dr. Ir. Nasrullah M.Sc. IPU selaku Dirjen PKH Kementan RI, dan dimoderatori oleh Prof. Ali Agus DAA, DEA, IPU, Asean. ENG.
Menurut ketua panitia, Ir. Maria Flora Butar Butar S.Pt., IPM. pada Rakernas tahun ini juga dilaksanakan Seminar terkait pangan yang berasal dari protein hewani.
“Tujuan dari seminar nasional ini adalah bagaimana strategi pemerintah menangani stabilitas ketersediaan sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas, termasuk isu ketersediaan produk unggas dan industri sapi potong pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) untuk mendukung stabilitas serta keberlanjutannya,” ujar Maria.
Baca juga: Gandeng 21 Pelaku Usaha Komoditas Peternakan, Kementan Tingkatkan Produksi dan Ekspor
Sementara itu, Ketua PB ISPI, Ir. Didiek Purwanto IPU, mengatakan bahwa ISPI sebagai mitra strategis pemerintah, harus berperan aktif bergerak bersama para stakeholder di industry, harus tanggap terhadap industri peternakan yang belakangan ini, terjadi gejolak.
“Baik di komoditas perunggasan, maupun sapi potong, terjadi permasalahan seputar kestabilan harga, posisi tawar peternak, melejitnya harga pakan, tata niaga yang masih amburadul, regulasi yang kontra produktif, keterlibatan para profesional yang belum optimal,” paparnya.
Maka dari itu, Didiek berharap, dalam kegiatan seminar dan Rakernas ISPI ini, dapat merumuskan dan memberikan jalan keluar bagi kelangsungan dunia peternakan Indonesia yang menjadi pasar potensial bagi produk peternakan.
“Indonesia merupakan negeri dengan sumber daya alam yang sangat luar biasa dan sangat mungkin untuk menjadi negeri yang mampu berdiri di kaki sendiri dalam memenuhi kebutuhan protein hewani,” ujar Didiek. (*)