TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, meminta kader partainya untuk tidak menjelek-jelekkan atau berbicara negatif tentang Amien Rais dan Din Syamsuddin.
Ia menyampaikan hal itu mengingat ada kesamaan antara PAN dengan Partai Ummat bentukan Amien Rais dan Partai Pelita bentukan Din, yakni sama-sama berlatarbelakang Muhammadiyah.
”Saya sudah ketemu Pak Amien, Pak Din, saya minta kader PAN jangan memperbincangkan tokoh-tokoh kita. Kita hormati sehormat-hormatnya. Ada Partai Ummat, Partai Pelita, enggak apa-apa kita saling doakan," kata Zulhas dalam pembukaan acara Bimtek DPRD PAN di Jakarta, Minggu (27/3).
Zulhas mengatakan bahwa kehadiran Partai Ummat dan Partai Pelita mestisnya tak perlu membuat kader PAN khawatir atau merasa tersaingi.
Meski sama-sama berlatar belakang Muhammadiyah, menurut Zulhas Partai Ummat dan Partai Pelita bukanlah saingan PAN karena ceruk pemilihnya berbeda.
Zulhas menyebut PAN lebih nasionalis, sementara Partai Ummat dan Partai Pelita adalah partai Islam.
Baca juga: Sindir Jokowi, Amien Rais: Akar Berbagai Masalah Nasional yang Dihadapi Berasal dari Lurah Indonesia
”Kaplingnya beda. Partai Pelita, Partai Ummat, PKS, PPP, adalah partai Islam. Beda. Kalau kita gambar, kotaknya beda. Kita sesuai pendiriannya sampai hari ini inklusif, terbuka, rasional, jalan tengah Pancasila. Bhineka tunggal ika," kata Zulhas.
Ketimbang Partai Ummat atau Partai Pelita, Zulhas menilai saingan PAN yang lebih cocok adalah PKB, Golkar, hingga Demokrat.
"Pandangan kita Islam tengah, moderat. Kita enggak permasalahkan di antara kita ada Ketua Pemuda Pancasila. Jadi beda pasar. Saingan kita itu Demokrat, NasDem, Golkar, PKB, Gerindra," ujarnya.
Maka dari itu, Zulhas meminta kader PAN menghormati Partai Ummat yang dibentuk Amien Rais dan Partai Pelita yang dideklarasikan Din Syamsuddin. Terlebih, Amien Rais adalah sosok pendiri PAN.
"Ada yang pindah (ke sana)? Kalau ada yang pindah, ada yang masuk juga. Ada plus ada minus. Pasar kita luas. Kalau kita berebut di situ aja terbatas," ujarnya.
Zulhas lantas mengingatkan kedekatannya dengan keluarga Amien Rais selaku sosok pendiri PAN.
Menurut dia, bisa saja ke depannya PAN justru akan berkoalisi dengan Partai Ummat dan Partai Pelita.
"Jadi jangan ada perbincangan-perbincangan negatif atau menyakiti satu sama lain. Pak Amien, Bu Amien seperti ibu saya. Bisa saja kita kerja sama. Jadi saling menghormati," kata dia.
Baca juga: Desak Wacana Penundaan Pemilu Disetop, Amien Rais: DPR dan MPR Sudah Jadi Yes Man dan Yes Woman
Di kesempatan yang sama Zulhas juga memberi instruksi kepada anggota DPRD PAN dan kader partai agar berkolaborasi dengan gubernur dan bupati di seluruh Indonesia. Bukan sekadar berteriak-teriak mengkritik keras, namun juga menjalin komunikasi dengan pemerintah.
"Sampaikan solusi bukan berteriak-teriak, tapi menjalin komunikasi strategis dengan pengambil kebijakan. Sampaikan aspirasi rakyat secara langsung dan terlibat menyukseskan program-program pemerintah daerah," tutur.
Zulhas lantas menceritakan pengalaman perjalanan tujuh hari di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di sana ia bertemu para para kiai, pimpinan daerah, dan tokoh masyarakat.
Menurut Zulhas, silaturahmi harus terus terjalin dengan segala lapisan masyarakat. Dia berpesan kepada anggota DPRD PAN di seluruh Indonesia. Agar memahami profesi politisi sebagai pengabdian kepada masyarakat.
"PAN ini partai inklusif dan terbuka. Siapa pun, apapun latar belakangnya, harus diperjuangkan aspirasinya oleh PAN. Apapun agama, suku, dan latar belakang lainnya. Saya yakin tidak ada daerah kering suara. Yang diperlukan adalah kader PAN sungguh-sungguh berjuang untuk kemenangan partai," ucap Zulhas.
Sementara itu terkait isu penundaan Pemilu 2024, Zulhas menegaskan bahwa partainya hingga saat ini masih mendukung usulan tersebut.
Baca juga: Amien Rais Lantik Pengurus DPP Partai Ummat, Ketum: Kami Siap Bertarung di Pemilu 2024
Hanya saja kata Zulhas, usulan itu tak akan terwujud jika hanya ada dukungan 3 parpol.
Saat ini parpol yang mendorong penundaan Pemilu 2023 yakni PAN dan PKB, Golkar. Sementara PDIP, Gerindra, NasDem, PPP, Demokrat, dan PKS hingga kini tegas menolak.
"Bincang-bincang ini yang baru setuju, mau, saya, Golkar, PKB. NasDem, PDIP, yang lain enggak, ya enggak bisa dong. Kalau 3 aja enggak bisa. Kan harus 3/4. Kan ada syaratnya toh. Kalau cuma saya, PKB, Golkar, enggak cukup," ujarnya.
Namun diakui Zulhas, hal yang berbeda bisa terjadi apabila parpol-parpol yang menolak berubah pikiran.
"Ya kalau semuanya mau ya soal lain lagi," ujarnya.
Kendati demikian, Zulhas enggan berkomentar saat ditanya seperti apa komunikasi yang sudah dilakukan kepada para parpol untuk mendorong penundaan pemilu. Ia hanya menegaskan usulan ini tak terkait Presiden Jokowi.
"Jadi ini bukan urusan Pak Jokowi, ini urusan partai-partai. Ada yang mau, banyak yang enggak mau, gitu loh," ujarnya. (tribun network/yud/dod)