TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah menyatakan adanya potensi perbedaan penetapan awal Ramadhan 1443 H oleh pemerintah dengan pengurus pusat Muhammadiyah.
Perbedaan tersebut terjadi karena pendekatan yang digunakan untuk menetapkan awal Ramadhan ini berbeda.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Maruf Amin menegaskan, meskipun ada potensi perbedaan, semua pihak telah memiliki pemahaman bersama.
Artinya perbedaan penetapan awal Ramadhan ini juga harus dibarengi dengan toleransi dari semua pihak.
Baca juga: LINK LIVE STREAMING Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadhan 1443 H oleh Kemenag
"Tapi walaupun tidak sama, itu sudah ada semacam pemahaman bersama. Artinya ada toleransi," kata Maruf Amin dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Jumat (1/4/2022).
Lebih lanjut, Maruf menjelaskan bahwa Muhammadiyah menggunakan pendekatan Wujudul Hilal dalam menetapkan awal Ramadhan.
Sementara pemerintah menggunakan pendekatan Imkanur-Rukyat.
Kendati demikian, Maruf masih berharap bahwa awal Ramadhan tahun ini bisa sama.
Baca juga: Hari Ini Kemenag Gelar Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadhan 1443 H, Diumumkan Nanti Malam
"Muhammadiyah dengan pendekatan namanya Wujudul Hilal. Tapi kalau pemerintah itu kepada Imkanur-Rukyat, minimal dua derajat."
"Tapi kalau melihat tahun ini kemungkinan lebih dari dua derajat, kemungkinannya akan sama, mudah-mudahan sama," ungkapnya.
Sementara itu, Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin juga mengatakan, Muhammadiyah telah memutuskan awal Ramadhan jatuh pada 2 April 2022.
Karena sudah masuk kriteria pendekatan Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah.
Baca juga: Kapan 1 Ramadan 1443 H? Ada Potensi Beda Awal Puasa Ramadan, Kemenag Minta Tunggu Hasil Sidang Isbat
Namun bagi yang menetapkan awal Ramadhan dengan menggunakan Imkanur-Rukyat seperti pemerintah, hilal tidak mungkin bisa dirukyat menurut kriteria astronomi.
Sehingga awal Ramadhan berpotensi jatuh pada 3 April 2022.