TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir menyebut ada sekitar 1,53 juta dosis vaksin Covid-19 yang disimpan Bio Farma berpotensi kedaluarsa pada April 2022.
"Dari status bulan April, akan ada potensi sebesar 1,53 juta dosis akan expired di bulan April 2022," kata Honesti, saat Rapat Panja Vaksin Covid-19 bersama Komisi II DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Adapun perincian vaksin yang akan memasuki masa kadaluarsa adalah AstraZeneca sebanyak 1.095.000 dosis dan Moderna sebanyak 436.730 dosis.
Honesti menyebut pihaknya memeperhatikan empat aspek guna memastikan vaksin Covid-19 berkualitas sesuai dengan standard yang ditetapkan.
Empat aspek tes tersebut adalah uji kualitas, uji keamanan, uji khasiat, dan uji stabilitas.
"Inilah yang kami lakukan sebagai pemegang lisensi dari Covid-19 yang masuk, didaftarakan Bio Farma ke Badan POM," ucap Honesti.
Vaksin dan Booster Tetap Perlu Diperkuat
Indonesia baru-baru ini mendapat apresiasi internasional karena mempercepat pelaksanaan vaksinasi di tengah tantangan geografis yang luas dengan lebih dari 17.000 pulau.
Indonesia termasuk di antara lima negara dunia dengan jumlahac vaksinasi tertinggi.
Data di Kemenkes, angka kasus aktif COVID-19 terus turun secara konsisten sejak akhir Februari 2022 yang diikuti juga dengan penurunan angka konfirmasi kasus, penurunan keterisian rumah sakit, dan penambahan angka kesembuhan pasien.
Keberhasilan ini harus terus dipertahankan dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi.
“Protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan harga mati untuk mencegah penularan COVID-19 karena penularan dapat menimbulkan varian baru sehingga siklusnya akan terus seperti itu. Akibatnya, kita tidak akan berada dalam kondisi endemis,” kata dr. RA. Adaninggar PN, Sp.PD dalam talkshow kesehatan yang diadakan Good Doctor dan LSPR Communications & Business Institute baru-baru ini.
“Tidak pernah ada dua varian yang sama-sama dominan di suatu tempat atau di suatu negara. Varian yang lebih cepat menular akan mendominasi di suatu daerah atau negara dan ini terjadi pada Omicron. Saat ini, di seluruh dunia termasuk di Indonesia sudah didominasi oleh Omicron. Berdasarkan hasil dari Genome Sequencing, Omicron sudah mendominasi sebesar 96% sedangkan sisanya yang 4% adalah varian lain,” jelasnya.(*)