TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin menanggapi hengkangnya Tsamara Amany dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ia menilai kepergian Tsamara tak lepas dari kondisi PSI yang tidak seperti dulu lagi.
Menurutnya, PSI sudah hampa dan kehilangan idealismenya.
Di mana, saat ini, kata Ujang, partai tersebut hanya konsen pada serangan terhadap lawan poitik.
Baca juga: Keluar dari PSI, Tsamara Amany: Saya Tak Berkeinginan Pindah ke Partai Politik Lain
Baca juga: Tsamara Amany Mundur dari Ketua DPP dan Keanggotaan PSI
Justru hal tersebut membuat masyarakat semakin tidak simpatik pada PSI.
“PSI itu sudah keluar dari idealismenya dari awal, sudah tidak seperti dulu lagi yang katanya memperjuangkan pemberantasan korupsi, memperjuangkan idealisme,"
"Tetapi hari ini hampa tidak ada lagi, yang ada hanyalah serangan-serangan terhadap lawan politik, serangan terhadap musuh-musuh politik,"
"Ini membuat orang tidak simpatik kepada PSI,” ujar Ujang dalam keterangannya, Rabu (27/4/2022), sebagaimana dilansir Tribunnews.com.
PSI Dinilai Elitis, Abaikan Pengurus Daerah
Lebih lanjut, Ujang mengatakan PSI di bawah kepemimpinan Giring Ganesha saat ini hanya sekadar menjual label anak muda.
Sehingga, banyak kader PSI, khususnya di daerah banyak yang memilih mundur karena merasa PSI sudah berubah.
“Mereka tidak nyaman, mereka tidak bisa memperjuangkan idealisme di situ."
"Maka akan berdampak kepada publik, publik pun kemungkinan besar tidak akan percaya dengan perjuangan PSI hari ini,” kata Ujang.
Baca juga: Tsamara Amany Bantah Mundur dari PSI karena Suami Dukung Anies Baswedan
Selain kehilangan idealisme, Ujang juga menilai PSI saat ini terkesan elitis.
PSI terkesan mengabaikan pengurus daerah dalam menjalankan roda partai.