News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2022

Lafalkan Tahlil 100 Ribu Kali, Thariqah Qadiriyah wa Syadziliyah Gelar Suluk di Penghujung Ramadan

Penulis: Erik S
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kegiatan Suluk tersebut akan berakhir pada Jumat (29/4/2022) pagi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Erik Sinaga  
 
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Thariqah Syadziliyah wa Qadiriyah menggelar kegiatan Suluk sejak Jumat (22/4/2022) sore di Villa Zawiyah Arraudhah, Kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan suluk tersebut dibimbing langsung oleh Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis.

Dalam kegiatan tersebut peserta suluk diberikan amalan umelafalkan tahlil sebanyak 100.000 kali dalam satu kali duduk.

Baca juga: Konser Suluk Musyahadah Cinta Gus Sastro Mampu Hantarkan Pendengarnya ke Dalam Dimensi Spritual

Kalimat tahlil dengan lafal Laa ilaha illa Allah sendiri memiliki keutamaan yang sangat banyak bahkan kalimat tersebut merupakan kalimat yang paling baik.

Kiai Nafis yang juga Mudir Markas Al-Jailani Asia Tenggara menyampaikan bahwa tujuan suluk dengan membaca tahlil sebanyak 100.000 kali akan menghidupkan hati serta merasakan kehadiran Allah Swt.

“Tujuan suluk tahlil 100.000 adalah untuk menghidupkan hati, sehingga akhirnya bisa merasakan kehadiran Allah Swt, Sifat-sifat-Nya dan Perbuatan-Nya,” kata Kiai Nafis menjelaskan kepada Jamaah Suluk.

Selain itu juga, kata Kiai Nafis kalimat tahlil merupakan kalimat thayyibah yang telah disinggung oleh Allah Swt dalam surat Ibrahim ayat 24.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” ucap Kiyai Nafis membacakan terjemahan ayat.

“Kalimat tahlil ibarat pohon yang rindang dan kuat akarnya, yang bisa untuk berteduh (membuat nyaman) orang di sekitarnya, begitu pun orang yang sudah merasuk kalimat tahlilnya ke badan, anggota tubuh dan aliran darahnya maka ia bisa menjadi tempat berteduh yang membuat orang di sekelilingnya,” ucap Kiai Nafis.

Nafis memberikan nasihat kepada peserta bahwa hidup ini adalah tempat cobaan, supaya kamu diuji mana yang terbaik diantara kalian yang terbaik amalnya.

Sabar bukan hanya ditimpa musibah saja, tapi kita belajar bagaiamana sabar dalam sholat, sabar dalam puasa dan sabar dalam wirid. Karena semua hakikatnya adalah ujian dari Allah.

"Pujian dan cacian tak akan mempengaruhi kejiwaan/keadaan psikologismu jika kau yakini semua pujian dan cacian murni ujian dari Allah, kamu yang dipuji di hari ini belum tentu bisa menjadi terbaik di hari esok. Begitupun kamu yang sedang dicaci dan dihinakan manusia di hari ini, belum tentu kamu akan terpuruk di hari esok," jelas Kiyai Nafis.

Baca juga: Ki Manteb Soedharsono dan Buku Sulukan Pedalangan yang Belum Rampung Ditulis

Kemudian lanjutnya seperti halnya bola basket, orang yang ingin dinaikan derajatnya maka harus siap untuk disudutkan, dipojokkan, dijatuhkan untuk melambung ke derajat yang lebih tinggi.

Tapi masih banyak dari kita yang belum sadar maksud kehendak Allah, pikiran kita masih berkutat pada apa yang di depan mata (seperti pekerjaan) sehingga lupa diri bahwa Allah lah yang menggerakkanmu, Allah lah yang mengaturmu.

"Belajarlah dan rasakanlah getaran cahaya ketika kamu bertahlil, entah di titik ke berapa. Sehingga saat itu kamu benar-benar meyakini bukan sekedar taklid bahwa Tiada Tuhan Selain Allah. Penting sekali untuk memperbanyak tahlil, bahkan sekalipun dirimu dikatakan sebagai orang yang gila (gila terhadap Allah). Karena kalimat yang menjadi penentu akhir hayat kita, dan sebagai kesempatan kita untuk memasuki bentengnya Allah," tambah nasihatnya.

Kalimat tahlil ibarat pohon yang rindang dan kuat akarnya, yang bisa untuk berteduh (membuat nyaman) orang disekitarnya, begitupun orang yang sudah merasuk kalimat tahlilnya ke badan, anggota tubuh dan aliran darahnya maka ia bisa menjadi tempat berteduh yang membuat orang disekelilingnya. 

Membangun itu memang berat dan sulit, sedangkan menghancurkan sangat mudah. Apa yang sudah kalian bangun selama disini jangan mudah kalian hancurkan dengan berkumpul di circle (kelompok) yang tidak diridhoi Allah. Untuk itu rawat tahlil kita, dengan cara istiqomah membaca wirid asasi.

"Saya ingatkan untuk terus berkumpul dengan para orang sholih, karena pertolongan Allah (Yadullah) beserta orang-orang yang berjamaah. Mungkin sulit bagimu untuk mengamalkan tahlil 100.000 dengan keadaan sendiri, sekarang dengan berjamaah kamu diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa menyebut asmaNya sebanyak itu, bisa sholat tasbih istiqomah selama disini yang saya harap bisa terus dilanjutkan," tambahnya lagi

Kiai Nafis menyerukan mengajak ikhwan yang lain, bisa ikut suluk akhir ramadan di tahun depan. Mulai belajar berbicara, kepada atasan dan istri selama 350 hari saya bisa menemanimu, izinkan saya 10 hari untuk kepentingan diri saya mengenal Allah. Sadari, rasakan, syukuri maka kamu akan diberikan nikmat yang lebih oleh Allah. 

"Yang banyak syukurnya, bukan menjadi sombong ketika kamu sudah berhasil menuntaskan tahlil 100.000. Hore, saya sudah tahlil 100.000 kali. Harusnya kamu menangis, sujud dan bersyukur. Telah digerakkan Allah untuk bisa menyebut asmaNya, merasakan getaran tahlil. Sadar diri bahwa mengucapkan tahlil itu berat sekali, orang sekaya Bill Gates pun tidak mampu untuk mengucapkannya," serunya.

Kiai Nafis mengajak peserta untuk mulai belajar dari sekarang beradab dengan Allah (mutaaddiban), dari segi pakaian (bisa membedakan mana yang layak untuk menghadapnya), memakai wangi-wangian, menghayati makna dari ayat yang dibaca. Dalam sirrul asror ada istilah sedekah ruhani, seperti menyedekahkan harta dengan niat "Ya Allah dengan sedekah ini, semoga engkau sadarkan Mbak A yang melacur (berikan taubat baginya). Ya Allah dengan sedekah ini, berikanlah kesadaran bagi si A yang ahli maksiat, dan sebagainya.

"Pentingnya sholat kaffarotul baul, karena susah bagi kita untuk menjaga kesucian ketika beristinja di tempat umum (kecipratan atau netes yang tidak kita sadari). Belajar meridhoi segala sesuatu yang diberikan Allah, banyak dari kita yang lalai terhadap nikmat yang lalu sehingga tidak bisa mensyukuri nikmat yang kita terima pada hari ini. Sekarang makan tahu tempe tetapi berharap yang lain, padahal kemarin makan daging dan sebagainya," pungkasnya.

Sebagai informasi Thorioqoh Qodiriyah wa Syadziliyah menggelar kegiatan rutin di setiap akhir ramadhan.

Para Jamaah melakukan i'tikaf dan membaca Tahlil sebanyak 100.000 kali. Mereka juga melakukan ibadah qiyamul lail dengan khotmul quran, khotmul dalail khayraat dan melakukan khidmah kepada fakir miskin dengan berbagi peket kebaikan bersama Lembaga Amil Zakat Arraudhah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini