News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Epidemiolog Ungkap Alasan Aturan Tes Covid-19 untuk Pelaku Perjalanan Dicabut

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, menjelang libur Imlek, Kamis (11/2/2021). Kementerian Perhubungan menerbitkan Surat Edaran soal syarat perjalanan baru di masa pandemi Covid-19 selama libur Imlek 12-14 Februari 2021, syarat tes Covid-19 yaitu test RT-PCR, rapid test antigen, ataupun tes GeNose C19 hanya berlaku untuk sehari atau 1x24 jam. Tribunnews/Herudin

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah secara resmi mencabut aturan wajib tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan dalam dan luar negeri yang sudah mendapat vaksinasi lengkap Covid-19.

Aturan tersebut berlaku efektif mulai Rabu 18 Mei 2022.

Merespons hal tersebut, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Laura Navika Yamani SSi MSi PhD, mengungkap ada dua alasan yang membuat aturan tes Covid-19 untuk pelaku perjalanan dicabut oleh pemerintah Indonesia.

Pertama, Covid-19 sudah terkendali.

Laura mengatakan, perkembangan Covid-19 yang terjadi di Indonesia sudah terkendali.

Dari data pantauan Covid-19 yang menunjukan Rate of Transmission (RT) Covid-19 di Indonesia kurang dari satu.

“Memang kasus Covidnya sudah bisa dikatakan terkendali karena RT, Rate of transmission, dari Covid ini kurang dari satu. Jadi untuk penyakit menular ketika RT kurang dari satu maka tingkat penularannya bisa dikatakan nol, artinya tidak terjadi penyebaran,” kata Laura dikutip dari laman unair.ac.id, Rabu (25/5/2022).

Baca juga: Ahli Sarankan Lebih Baik Memakai Masker untuk Cegah Penularan Covid-19

Tidak hanya itu, Laura juga mengatakan, jika RT menunjukan hasil satu, maka satu orang positif Covid-19 dapat menularkan kepada satu orang lainnya.

Selain itu, jika RT di bawah satu dapat diasumsikan bahwa penularan itu tidak ada, sehingga kasus Covid-19 tidak akan melonjak secara signifikan.

Berdasarkan laporan laman resmi satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 menyatakan, dalam hal pelacakan kasus Covid-19 di Indonesia sudah standar dengan ketentuan WHO.

Satu orang diperiksa per 1000 penduduk per minggu.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, terbukti positivity rate atau persentase kasus positif yang ditemukan pada sejumlah orang yang diperiksa terus mengalami penurunan.

Tercatat pada bulan April minggu pertama Positivity rate di angka 3,77 persen kemudian terus menurun hingga Mei minggu ketiga Positivity rate berada di angka 0,34 persen.

Angka tersebut mengalami penurunan 0.03 persen dibandingkan minggu sebelumnya.

Kedua, cakupan vaksinasi

Baca juga: Epidemiolog Unair: Penanganan Covid-19 Indonesia Kini Berbasis Data Bukan Lagi Asumsi

Laura menilai cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia cukup baik.

Dilihat dari sebagian besar penduduk Indonesia telah menerima vaksin dosis lengkap.

Mengutip data kementerian kesehatan, sasaran vaksinasi Covid-19 sudah mencapai 95,65 persen.

Pencapaian itu tidak jauh berbeda dengan cakupan dosis tahap dua yang sudah mencapai 80,09 persen.

“Dengan baiknya cakupan vaksinasi yang ada di masyarakat kita, ini juga berdampak pada penyebaran Covid yang juga menurun dan kondisi imunitas terhadap Covid ini membuat pemerintah menjadi confident untuk melakukan pelonggaran tentang protokol kesehatan."

"Salah satunya yaitu dengan kebijakan tidak memberlakukan untuk test swab atau tes Covid tetapi dengan persyaratan sudah di vaksin,” ujar dosen FKM UNAIR itu.

Sementara, jika masih ada persyaratan dengan vaksin lengkap menunjukkan pemerintah sangat mengharapkan partisipasi dari masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini