Dari pengalamannya selama operasi di sana, ia masih ingat bagaimana rasanya memikul ransel dan senjata masuk gua "mencari musuh".
Ia pun masih ingat ketika pesawat yang ditumpanginya menuju Yahukimo harus mendarat dengan kondisi satu baling-baling.
Namun demikian, dari pengalaman-pengalamannya di daerah operasi tersebut, satu pelajaran yang ia pegang hingga saat ini.
"Kalau kita jadi pemimpin, terutama di tentara, ya dekat dengan anak buah. Terutama di Kopassus ya, memang situasinya memaksa kita untuk sama-sama dengan mereka," kata Hinsa.
Baginya, anak buahnya lebih daripada keluarga.
Hal tersebut, kata Hinsa, karena tugas operasi membuat seorang pemimpin dan anak buahnya harus saling melindungi dan mengamankan.
"Anak buah itu lebih-lebih dari keluarga kita ya. Karena kita sama-sama mereka. Itu saja menurut saya karena mereka yang kadang-kadang mengamankan mereka. Kita juga berpikir bagaimana mereka supaya aman," kata Hinsa.
Ia pun teringat perkataan ahli strategi militer Sun Tzu bahwa setiap hari adalah perang.
100 Soal Cerdas Cermat Pengetahuan Umum SMA Lengkap Kunci Jawaban Soal Lomba - Tribunpontianak.co.id
HUT ke-78 BSSN, Letjen TNI Hinsa Siburian Ajak Seluruh Pihak Tak Anti Perubahan: Agile & Open Minded
Sebagai Kepala BSSN, kalimat tersebut pun terasa begitu nyata untuknya yang setiap hari menerima laporan serangan-serangan siber.
Setiap saat, kata dia, ada perang di dunia siber.
Lebih dari itu, menurut Hinsa, pengalamannya di Kopassus ternyata relevan dalam tugasnya sebagai kepala badan yang mengurusi ancaman siber.
"Kita punya kewajiban memberikan informasi yang ada di ruang siber, ini kan dengan tadi saya katakan tugas pokok itu kan melihat, kita menginformasikan. Jadi pengalaman-pengalaman saya di Kopassus juga relevan. (Karena itu basisnya) intelijen juga. Keamanan," kata dia.(*)