Agak repot menceritakannya karena ketika itu saya tiba-tiba di telepon di dari istana bahwa diberi tugas ini oleh Bapak Presiden tentu pertimbangannya adalah mungkin saya mempelajari tugas-tugas di siber.
Saya pun melihat sebenarnya tugas ini tidak jauh dengan tugas-tugas latar belakang sebagai TNI yakni menjaga keamanan pertahanan di ruang siber.
Saya mencoba memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada di BSSN yang tentunya mereka juga punya latar belakang keamanan informasi karena mereka rata-rata juga sekolah tinggi sandi negara.
Sehingga tidak begitu sulit bagi saya untuk menyesuaikan tugas di BSSN.
Tidak ringan mengurus keamanan sandi negara, apa kira-kira tantangan terberatnya?
Jadi saya pernah baca buku soal keamanan sandi negara di situ disebutkan bahwa setiap hari adalah perang. Bagaimana waktu berarti serangan yang datang setiap saat baik itu berbentuk anomali ataupun yang bersifat teknis yang malware.
Setiap saat itu adalah perang ya itulah yang terjadi di ruang siber dan itu yang selalu saya sampaikan kepada teman-teman di badan siber sekarang kita ini. Saya katakan bahwa kita harus belajar terus perkembangannya sangat cepat ancaman berubah terus.
Serangan malware itu bisa mengancam misalnya PLN sebagai sumber daya energi yang menghidupi pelayanan publik, juga telekomunikasi, ini dampaknya kepada yang lain ya kira-kira demikian.
Sabotase itulah yang disebut serangan yang bersifat teknis dan itu menjadi perhatian kita juga jangan sampai ini terjadi.
Boleh dijelaskan apa saja bentuk ancaman siber?
Ancaman di ruang siber itu sebenarnya ada di tiga lapisan. Jadi pertama lapisan disebut lapisan fisik seperti BTS (infrastruktur telekomunikasi), kemudian ada serat optik, kemudian ada data center tempat di mana data-data atau informasi ini disimpan.
Kemudian lapisan kedua yaitu lapisan logika itu sering kita sebut juga dengan software. Dia yang mengoperasionalkan, dia yang memproses dan dia juga yang berfungsi menukar data informasi ini. Jadi lapisan pertama tadi terkoneksi juga dengan lapisan ketiga yang disebut fiber dan siber.
Ancaman itu juga menyerang siber persona yang merupakan identitas akun media sosial di mana orang-orang bisa menggunakan identitas palsu di situlah terjadi tipu menipu. Masyarakat kita ini kadang-kadang terlalu cepat percaya. (*)