TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini beberapa tradisi yang dilakukan umat Hindu untuk merayakan Hari Raya Galungan.
Seluruh umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan pada hari ini, Rabu (8/6/2022).
Dikutip dari dentim.denpasarkota.go.id, Galungan merupakan Hari Raya Suci Agama Hindu yang jatuh setiap 6 bulan sekali atau berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan.
Hari Raya Galungan ini merupakan hari di mana kemenangan Dharma melawan Adharma.
Umat Hindu biasanya memulai tradisi pemasangan Penjor sehari sebelum Galungan atau tepatnya pada Penampahan Galungan.
Baca juga: Hari Raya Galungan 2022, Simak 13 Rangkaian Hari Raya Galungan Umat Hindu dan Maknanya
Baca juga: Apa Itu Penampahan Galungan? Berikut Pengertian, Makna, dan Asal-usulnya
Penjor merupakan simbol dari Naga Basukih, di mana Basukih berarti kemakmuran atau kesejahteraan.
Memasang Penjor pada Hari Raya Galungan juga merupakan wujud rasa Bakti dan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikanNya.
Simak inilah beberapa tradisi khas Hari Raya Galungan, dikutip dari TribunBali.com:
1. Tradisi Ngejot
Tradisi lain yang khas saat perayaan Galungan adalah Ngejot.
Ngejot merupakan kegiatan saling memberi atau berbagi pada orang lain.
Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai saat Hari Raya Galungan berlangsung.
Masyarakat biasanya membagikan berupa buah, jajan, hingga olahan daging saat penampahan.
Tradisi Ngejot dilakukan bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan antar umat Hindu.
Selain Ngejot kepada sesama, di daerah Buleleng juga ada Ngejot Punjung ke setra saat Galungan.
Ngejot Punjung ini dilakukan dengan membawa sodaan ke makam keluarga di setra.
2. Tradisi Memotong Babi
Satu hari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu akan merayakan penampahan.
Saat penampahan, umat Hindu akan memotong hewan babi.
Memotong babi saat penampahan bermakna untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat manusia.
Nantinya daging babi ini akan diolah menjadi aneka sarana upakara dan juga hidangan seperti lawar, sate, komoh, timbungan, maupun urutan.
Daging babi tersebut tidak hanya dinikmati, tetapi juga dihaturkan kepada Tuhan karena semua itu ciptaan Tuhan.
Ini merupakan rangkaian wajib saat penampahan di setiap Hari Raya Galungan.
3. Tradisi Memasang Penjor
Hari Raya Galungan biasanya ditandai dengan adanya penjor.
Penjor merupakan merupakan lambang Bhatara Mahadewa yang berstana di Gunung Agung atau Bhatara Siwa.
Adapun dalam membuat penjor, sarananya terdiri dari pala bungkah atau segala jenis umbi-umbian, pala gantung segala jenis yang tergantung seperti buah-buahan, palawija atau biji-bijian, bambu, kasa putih kuning, lamak.
Penjor ini nantinya akan ditancapkan di depan pintu masuk saat penampahan sore agar esoknya saat Galungan masih dalam keadaan segar.
4. Tradisi Memasang Lamak dan Gantungan
Saat Hari Raya Galungan, umat Hindu juga memasang lamak dan gantungan.
Lamak dan gantungan ini dibuat dari bahan janur dan ron (daun enau yang berwarna hijau) yang didesain sedemikian rupa lalu dijarit.
Lamak dan gantungan ini kemudian akan dipasang pada setiap pelinggih.
5. Tradisi Ngurek
Ngurek merupakan tradisi yang khas dilakukan umat Hindu di Bali.
Ngurek berasal dari kata urek yang berarti melubangi atau menusuk.
Saat tradisi Ngurek, beberapa orang akan berada dalam kondisi kerasukan.
Selain itu, mereka juga akan berusaha melukai dirinya sendiri.
Ngurek ini biasanya dilakukan menggunakan senjata tajam, misalnya seperti keris suci yang disebut sebagai Luk Kesiman.
6. Tape Ketan
Hari Raya Galungan selalu identik dengan tape ketan atau biasa disebut sebagai tape Galungan.
Tape ini dibuat menggunakan ketan dimana pembuatannya biasanya dilakukan saat penyekeban atau tiga hari sebelum Galungan.
Selain itu, tape ini juga dibuat menggunakan ragi dalam proses permentasinya dan juga bawang putih untuk memberi aroma khas pada tape itu sendiri.
Untuk memberi warna pada tape, biasanya digunakan daun suji atau daun katuk sehingga tape tersebut berwarna hijau.
Biasanya pembuatan tape ini akan dilakukan pada suatu wadah yang dipinggirnya diisi daun pisang.
Kemudian wadah tersebut ditutup rapat dan dibuka saat penampahan Galungan yang selanjutnya digunakan sebagai sarana upakara saat Hari Raya Galungan.
Baca juga: TWIBBON Hari Raya Galungan 2022, Cocok Dibagikan di Media Sosial Instagram, Facebook, dan WhatsApp
Baca juga: Mengenal Hari Raya Galungan, Berikut Pengertian, Makna, Sejarah, serta Rangkaiannya
Makna Hari Raya Galungan
Dikutip dari Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Hari Raya Galungan mempunyai makna memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma.
Secara rohani, manusia mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu ketentraman batin yang nantinya berekspresi dalam kegiatan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok.
Hawa nafsu dalam diri kita dikenal dengan nama Kalatiga, yakni tiga macam kala secara bersama-sama dimulai sejak hari Minggu sehari sebelum penyajaan, hari Senin dan berakhir hari Selasa (Penampahan Galungan).
Maksud dari tiga kala yakni:
1. Kala Amangkurat, yakni nafsu yang selalu ingin berkuasa, ingin menguasai segala keinginan secara batiniah dan nafsu ingin memerintah bila tidak terkendali tumbuh menjadi nafsu serakah untuk mempertahankan kekuasaan sekalipun menyimpang dari kebenaran.
2. Kala Dungulan yang berarti segala nafsu untuk mengalahkan semua yang dikuasai oleh teman kita atau orang lain.
3. Kala Galungan, yakni nafsu untuk menang dengan berbagai dalih dan cara yang tidak sesuai dengan norma maupun etika agama.
Setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu juga merayakan Hari Raya Kuningan 10 hari setelah Galungan tepatnya pada hari Saniscara Kliwon Kuningan.
Di Hari Raya Kuningan, sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus bisa berintropeksi dan berjanji untuk menjadi lebih baik dan juga bisa mengalahkan sifat Adharma.
(Tribunnews.com/Latifah/Yurika)