News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Raya Galungan

Prosesi Hari Raya Galungan, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu di Bali

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Hindu di Kota Tangerang, Banten, sedang melakukan ritual persembahyangan pada perayaan Hari Raya Galungan di Pura Kertajaya, Rabu (8/6/2022). - Prosesi saat Hari Raya Galungan. Dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur umat Hindu di Bali. Dimulai dari Tumpek Wariga, Kuningan hingga Hari Pegat Wekatan.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkaian prosesi yang dilakukan saat Hari Raya Galungan.

Pada tahun ini, Hari Raya Galungan dirayakan pada 4 Januari 2023 lalu dan hari ini, Rabu (2/8/2023).

Peringatan Hari Raya Galungan biasanya dilakukan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali atau 210 hari, tepatnya pada hari Budha Kliwon Dungulan atau Rabu Kliwon wuku Dungulan.

Pasalnya, hari tersebut merupakan hari kemenangan Dharma yang berarti kebenaran melawan Adharma atau kejahatan.

Karena pada dasarnya, kata Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung.

Saat peringatan Hari Raya Galungan, biasanya identik dengan adanya penjor yang dipasang di tepi jalan.

Baca juga: 10 Fakta Hari Raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu di Bali

Dikutip dari laman Bulelengkab, perayaan Hari Raya Galungan bertujuan untuk memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya.

Sebagai ucapan syukur, biasanya umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara pada saat perayaan Hari Raya Galungan.

Dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah prosesi yang dilakukan saat perayaan Hari Raya Galungan, yakni sebagai berikut:

1. Tumpek Wariga

Tumpek Wariga merupakan penyebutan untuk hari Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga yang jatuh pada 25 hari sebelum Galungan.

Tumpek Wariga disebut juga Tumpek Bubuh, atau Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah.

Pada hari Tumpek Wariga Ista Dewata, yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.

Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna, di antaranya:

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini