News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tarif Tiket Masuk Borobudur

Tiket Masuk Candi Borobudur Rp 50 Ribu, Guru Besar Pariwisata: Itu Saja Masih Bisa Kita Pertanyakan

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

TRIBUNNEWS.COM - Guru Besar Ilmu Pariwisata STP Tri Sakti, Prof Azril Azhari menilai tiket masuk Candi Borobudur saat ini sebesar Rp 50 ribu masih bisa dipertanyakan.

Menurut Azril, dengan tiket sebesar Rp 50 ribu, belum banyak informasi dan edukasi yang didapatkan wisatawan.

"Pembatasan (pengunjung) mutlak, namun kalau dikaitkan dengan harga, dengan Rp 50 ribu sekarang saja, itu masih bisa kita pertanyakan, apa sudah tepat atau belum?" ungkap AZril saat menjadi narasumber talkshow Tribunnews.com, Rabu (8/6/2022).

Azril yang juga menjadi Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) mencontohkan, untuk berkunjung ke Piramida di Mesir, pengunjung harus merogoh kocek cukup dalam.

"Tapi kita dapat layanannya, yaitu suatu pertunjukan tontonan yang disebut sound and light, itu bagus sekali menggunakan permainan teknologi."

"Ada cerita bagaimana Piramida dibangun dengan sound and light itu," ungkapnya.

Candi Borobudur. (Indonesia.travel)

Baca juga: Ganjar dan Luhut Sepakat, Kenaikan Tarif Naik Candi Borobudur Ditunda

Azril lantas membandingkannya dengan Candi Borobudur, yang mana pengunjung dinilai belum mendapatkan pelayanan yang cukup.

"Kita apa? Apa mau disuguhkan dengan tarian? Jangan, salah. Dikasih makanan juga salah."

"Yang disajikan harusnya adalah, sampai detik ini, belum ada mau masuk Borobudur, dipertunjukkan secara visual bagaimana berdirinya Borobudur, hanya diceritakan oleh pemandu, itu pun tidak semua diberikan."

"(Tiket masuk) Rp 50 ribu saja, apa yang didapatkan visitor kita? Apakah ada suatu tempat yang sebelum kita masuk kumpul dulu di sana, disajikan cerita visualisasi mengenai Borobudur, hanya dikasihkan brosur aja," bebernya.

Bila hal itu ada di Candi Borobudur, menurutnya tidak ada masalah bila ada kenaikan tiket.

"Rp 50 ribu itu masih bisa dipertanyakan, masih banyak masalah yang kita kaji," tegasnya.

Baca juga: Menparekraf: Harga Tiket Masuk Candi Borobudur Tetap 50 Ribu Bagi Wisatawan Nusantara

Candi Angkor Wat di Kamboja

Azril juga membandingkan dengan Candi Angkor Wat, candi di Kamboja yang tak kalah besar dengan Candi Borobudur.

Azril menyebut, masyarakat lokal Kamboja gratis masuk Angkor Wat.

"Angkor Wat yang di Kamboja, itu memang harganya 37 dolar (untuk wisatawan mancanegara) untuk satu hari, namun untuk rakyatnya, untuk local people, itu tidak bayar," ungkapnya.

"Artinya untuk dibandingkan saja dengan Angkor Wat, mereka tidak bayar untuk lokal," imbuhnya.

Tidak Setuju Kenaikan Harga untuk Konservasi

Lebih lanjut menurut Azril, alasan menaikkan tarif naik Candi Borobudur untuk konservasi tidaklah tepat.

"Kalau (kenaikan tiket) untuk konservasi warisan budaya, ini kan tugas pemerintah," ungkap Azril.

Selain itu, UNESCO juga sudah memberikan bantuan sudah lama.

"Kalau lagi wisatawan atau pengunjung dibebankan lagi, apakah pemerintah sudah tidak sanggup?"

"Tetapi membangun satu sirkuit dengan sekian triliun masih bisa, tapi untuk menjaga warisan satu-satunya di dunia kenapa ini tidak bisa? Kecuali kalau tidak sanggup," ungkapnya.

Baca juga: Rencana Tarif Naik Candi Borobudur Rp 750 Ribu Banyak Diprotes, Luhut dan Ganjar Sepakat Menundanya

Sehingga ia menekankan alasan menaikkan tiket Candi Borobudur bila hanya untuk konservasi, kurang tepat.

"Tetapi kalau menaikkan dengan mengembalikan kepada service, kepada layanan, oke," ungkapnya.

Azril setuju dan mendukung pembatasan pengunjung Candi Borobudur.

Menurutnya, pengelola hanya perlu memberikan pembatasan dengan sistem pendaftaran atau registrasi secara online.

"Kalau membatasi ya secara registrasi online saja, sampai jumlah 1.200 misalnya, yaudah stop, nanti untuk hari berikutnya," ungkap Azril.

Kenaikan Tiket Ditunda

Untuk diketahui, pemerintah menunda keputusan kenaikan tiket naik Candi Borobudur.

Pemerintah masih akan mengkaji keputusan tersebut.

Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno ingin semua pihak menjaga kelestarian Candi Borobudur.

Ia juga mengimbau masyarakat agar pembahasan tentang tiket masuk tidak menimbulkan perpecahan.

Diberitakan Tribunnews, Sandiaga mengatakan tiket masuk ke kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, masih tetap Rp50 ribu untuk wisatawan nusantara (wisnus).

"Jadi yang harus digarisbawahi, harga tiket masuk kawasan candi tetap Rp50 ribu bagi wisnus dan 25 dolar AS untuk wisatawan mancanegara dan untuk pelajar (grup Study Tour sekolah/bukan individual) adalah Rp5.000," ujar Sandiaga dalam keterangannya, Rabu (8/6/2022).

Sandiaga menjelaskan, apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kemarin (4/6/2022) merupakan gerak lintas kementerian/lembaga, pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholders pariwisata untuk menjaga atau melestarikan bangunan candi dan konservasi.

Hal ini berdasarkan rekomendasi dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan banyak pakar atau ahli.

“Harapan kita, Candi Borobudur ini lebih dari sekadar destinasi wisata."

"Borobudur ini adalah peradaban kita dan ini adalah peninggalan sejarah, kelestarian budaya, bagaimana kita bisa memastikan Borobudur ini ramah terhadap lingkungan."

"Laporan terakhir batu-batu di Candi Borobudur mengalami degradasi drastis tingkat keausannya,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Sandiaga, pihaknya akan mendorong kawasan penyangga candi berusia 1197 tahun, seperti destinasi wisata atau desa-desa wisata di sekitar Borobudur, sehingga wisatawan tidak terpusat untuk mengunjungi candi secara bersamaan.

“Kita memastikan Borobudur ini satu situs yang harus kita jaga."

"Dan akhirnya kita juga harus memikirkan dampak terhadap masyarakat, sosio ekonomi, dan apa yang kita lakukan sejalan dengan pariwisata yang berkualitas, berbasis komunitas, dan juga pariwisata berkelanjutan,” ujarnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Dennis Destryawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini